Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Mungkin Aku

Mungkin aku debu Berhambur tersapu di dinding-dinding waktu Terombang-ambing melayang oleh angin tak tentu Jadi aku debu? Ah, bukan! Debu kan layu Mungkin aku daun Daun kering yang jatuh mengalun Menggesek udara hasilkan nada yang turun Jadi aku daun? Ah, bukan! Daun kan rabun Mungkin aku bunga rumput Rekah di pagi mentari turut Hilang di sore senja surut Jadi aku bunga rumput? Ah, bukan! Bunga rumput kan penakut Mungkin aku kamu Ah, bukan! Kamu kan Satu Atau mungkin aku aku Aku yang direnda menjadi kami lalu dirajut yang menjadikannya kita Akulah kita Ya, kitalah aku Pendaki langit, September  2011

Surat untuk Bidadari

Kutitip Rinai rindu padamu, suatu hari nanti izinkan aku menyemainya....... sudahkah kau terima, sayangku? surat yang kutitip pada kelopak angin di senja waktu berisi kata yang tak sanggup disampaikan embun pada mentari yang menjadikannya pergi berisi isyarat yang tak mampu disampaikan debu pada angin yang menjadikannya sirna sudahkah kau baca, sayangku?

Seutas Senyum Rembulan

seutas senyum yang kau hadiahkan padaku ku bingkai dan ku rawat dari debu ku simpan dalam kotak tak seorang pun tahu ku kunci dari dalam agar terjaga selalu jikalah sudi, kau lempar senyum itu lagi, maka akan kuracik untukmu sejuta puisi. yang kueja dari setiap embun di pucuk daun pagi. yang kurenda dari aksara rindu yang membasahi matamu.