Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Terimakasih, Bu Menkes....

Untuk Ibu Menteri Kesehatan, Ibu Dr. Nafsiah Mboi, SpA, M.P.H., Kami ucapkan terimakasih banyak, sebanyak(maaf) kondom yang Ibu bagi-bagi... Terimakasih, Bu menkes. Terimakasih karena telah ajarkan pada kami bahwa anak gadis boleh dinodai, asalkan pakai cara yang “hati-hati”... Terimakasih, Bu Menkes. Terimakasih sebab telah beritahu kami, termasuk anak remaja kami, cara dapatkan alat kontrasepsi tanpa harus susah-susah membeli... Terimakasih, Bu Menkes. Sekali lagi terimakasih atas kontribusi dan kerja kerasnya dalam meningkatkan angka prostitusi dalam negeri....

Menggugat "Ratu Sejagad"

           Perempuan pertama yang saya kenal adalah ibu saya. Ia adalah sebenar-benar perempuan di mata semua anaknya. Bukan perempuan yang gila mode seperti iklan-iklan di televisi. Ia perempuan kuat dan tangguh. Bahkan suatu ketika mampu berperan sebagai ayah ketika ayah sudah menurun kesehatannya dan tak mampu lagi bekerja. Yang paling terakhir tidur namun justru yang pertama bangun. Pantang mengeluh dan satu lagi, penuh cinta. Ia rela mengorbankan apa saja demi anak-anaknya. Yang paling pertama menangis saat anak-anaknya tertimpa musibah. Yang paling terakhir menikmati saat keluarga kami mendapat hadiah.

Untuk (Yang mengaku-ngaku) Mahasiswa

Wahai... memang siapa kamu?! Sampai Berani Mencuri kata “Maha” untuk depan namamu Sadarkah kamu apa artinya itu? Atau jangan-jangan kamu hanya mengaku-ngaku! Maka tanyakanlah artinya pada KasimMahasiswa Pertanian Yang rela 15 tahun tak pulang ke almamater apalagi kampung halaman Demi terbitkan satu-dua cahaya di waimintal sulawesi utara Berbekal kaos berlumpur dan sandal yang tak sama warnanya Atau tanyakanlah artinya pada Iwan, Ida, dan Hadi di kuburnya Tiga trisakti yang ditusuk peluru panas reformasi Tanyakan pada mereka apa itu mahasiswa

Hikmah di Al Hikmah

Setiap orang punya cerita. Dan setiap cerita pasti ada hikmah yang barangkali terselip didalamnya atau tertindih dibawahnya. Segelap apapun cerita di laut dalam, mesti ada satu dua mutiara. Dan izinkanlah kawan, kali ini saja saya bercerita. Bukan apa-apa, hanya ingin berbagi. Tentu saja lain waktu kami juga ingin mendengar ceritamu. Dan kami akan berusaha menjadi sebaik-baik pendengar.             Cerita ini memang tidak seheboh kisah Ramayana. Tidak se- mellow Kisah Zainuddin dan Hayati di Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk . Atau tidak juga se-keren Catatan Si Boy. Hanya kisah sederhana yang dialami. Bagaimanapun juga ini kenang-kenangan hidup yang sayang rasanya jika harus dilupakan begitu saja.

Mesir dan Tugas Sejarah

“Lebih baik aku mati kau bunuh” Kata Presiden Mesir terpilih, Dr. Mursi dengan mata nanar sebelum ditangkap militer Mesir,”Dari pada aku mundur lalu disalahkan sejarah!”. Satu lagi kita faham tabiat sejarah. Hukum sejarah. Setelah kita mengerti bahwa sejarah sebagaimana peradaban memiliki masa lahir, tumbuh, jaya, kemudian mati seperti yang dikatakan Bapak Sejarah kita, Ibnu Khaldun. Akhirya, melalui tragedi merah di Mesir saat ini kita faham akan satu lagi hukum sejarah bahwa sejarah selalu memberikan tugas-tugasnya secara unik dan berbeda sama sekali kepada setiap generasi. Setiap generasi diberi tugas khusus yang mesti diselesaikan dengan baik agar generasi selanjutnya tidak lagi memikul tugas yang belum diselesaikan generasi sebelumnya. Dari tugas itu lalu dirinci kembali kepada misi-misi yang mesti dilaksanakan secara berbeda oleh setiap individu. Jadi sebenarnya setiap individu dalam satu generasi memiliki misi spesifik yang jika misi itu diselesaikan dengan baik a

Cantik Sih, Tapi Rela Bagi-Bagi?

Mohon maaf sebelumnya apabila ada yang kurang berkenan dengan tulisan kali ini. Saya hanya beberapa waktu belakangan ini agak takut membuka facebook sebab beberapa saudari kita memajang foto yang close up keterlaluan. Entah karena narsis atau memang hobi saya tak faham. Hanya saja saya agak risih dan tentu banyak lelaki lainnya. Mungkin ada yang menikmati, mereka itulah lelaki-lelaki bermata belang. Dulu hidung, sekarang mata ikut-ikutan. Baik, katakanlah 112 orang nge” like ” fotonya. Terus kemudian merasa cantiklah ia bagai Cleopatra. Cantik menurut siapa dulu, kalau menurut lelaki bermata belang mungkin ia. Oleh karena itu mari mendefinisikan kembali cantik itu apa.

Redefening Succes

Kalau yang kau maksud sukses adalah berlimpahnya harta berbenda, maka mungkin orang tersukses adalah Carlos Slim yang kekayaannya sampai 73 Triliun dollar AS atau pendahulunya Korun yang tak terhitung lagi perak emasnya...

Kukembalikan Pulpenmu

Kau tahu, apa yang membuatku takkan pernah lupa padamu? mungkin kau lupa, tapi aku akan selalu ingat itu. Adalah 13 tahun lalu, saat seisi kelas sibuk menulis dan aku hanya diam. Kau yang tak pernah kukenal sebelumnya, mulai curiga saat itu. "hey kamu, kenapa kamu tidak menulis? " tanyamu membuyarkan lamunanku. " Aku tidak punya pulpen" , jawabku datar. lalu sambil tersenyum kau berikan sebatang pul pen padaku. Akupun tersenyum, tapi tetap tak sesempurna senyummu. malah terlihat sangat kaku. . . .

Di Tengah Sunyi

Ingin rasanya aku tarik kembali semua sajak yang telah kubacakan untukmu...   Juga Seluruh puisi yang terlanjur kuhadiahkan untukmu...   Dan marilah bersama-sama, di tengah sunyi, di saat malam telah senyap sempurna, kita mulai mengeja huruf demi huruf, kata demi kata dalam surat-surat yang telah Tuhan alamatkan untuk kita: Al Qur'an,...   Hingga...ayat-ayatnya mengalir bersama aliran darah kita, menusuk tepat di aorta jantung kita, Meremas hati kita, Meresap sampai ke sumsum tulang terdalam kita... *gambar dari sini

Buat Manisku

Sejujurnya, tadinya akupun ingin duduk-duduk lewati sepanjang purnama denganmu, manisku....   Menelusuri setiap jengkal demi jengkal taman bunga itu bersamamu.    Tetapi semenjak ku lihat kakek 80 tahun masih saja memungut botol bekas di tong-tong sampah. semenjak kulihat seorang ibu menengadah sambil membawa anaknya yang masih merah di trotoar jalan namun sedikit yang merasa iba. Semenjak kudengar tangisan seorang anak pada ibunya sebab terlalu lama menahan lapar. Semenjak kulihat tatapan sendu putus asa para anak muda yang tak kunjung peroleh kerja. semenjak itu semua...

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Bangsa Besar

Jangan bercanda, Kawan. Bangsa ini terlalu besar untuk bisa diurus oleh satu-dua kepala, satu-dua warna bendera. Tapi nantikanlah suatu masa saat putera-putera kandung negeri ini mulai tahu cara paling tepat untuk mengurus Negeri ini. Saat itulah akan muncul badai yang lebih tinggi dari Tsunami dan siap menenggelamkan dunia ini dalam kedamaian. Akan hadir khafilah perubahan yang siap menyapu setiap bajingan dan para bedebah, mencopot topeng manis mereka sampai ke urat-urat wajahnya. Dan Yang mesti kita yakini hari ini adalah bahwa kitalah yang paling berhak mewarisi kepemimpinan Peradaban ini! “ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,..." {QS An Nuur:55} AllahuAkbar!! AllahuAkbar!!! AllahuAkbar!!!! *gambar dari Republika

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Ramadhan, Bulan Kemerdekaan

“Visi Ramadhan:...La’allakum tattaquun, agar kamu bertakwa. Dan Takwa adalah kata lain dari merdeka". Ramadhan adalah medan perang untuk meraih sebuah kemerdekaan hakiki. Ramadhan adalah sebuah padang dimana kita bertempur begitu sengit dengan diri kita sendiri. Adalah sebuah laga dimana kita bertempur habis-habisan. Mempertaruhkan apa-apa yang kita punya. Berat memang. Tapi ini demi satu tujuan: Merdeka. Merdeka atas akal dan pemikiran kita. Merdeka atas hati dan perasaan kita. Dan merdeka atas raga dan sikap kita. Sebagian orang mengatakan bahwa merdeka adalah kebebasan. Dimana setiap orang bebas melakukan apa saja menurut kehendaknya pribadi. Bebas   memikirkan apa saja. Bebas mengikuti faham apa saja sekehendaknya. Bebas merasakan kesenangan apa saja yang diinginkannya. Maka lahirlah budaya hedonisme, permisivisme dan isme-isme yang lainnya. Padahal sebenarnya itu semua adalah sebuah kolonialisme. Penjajahan nafsu atas diri kita sendiri. Kita jadi budak dan nafsulah

Selamat Ramadhan

Selamat Ramadhan, Mentari.. Semoga di hari-hari nanti, Cahyamu bisa lebih terang lagi di gelap hati-hati kami...

Maafkan Kami, Ramadhan

Maafkan Kami, Ramadhan... Mestinya kami bahagia menyambut datangmu... Tapi nyatanya banyak dari kami yang justru gundah dengan harga-harga yang makin melambung menjelang hadirmu...

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .

Untuk Yang Milad Hari ini

Mungkin kini kau sudah lebih dari 2 dekade menginjak tanah ini, tapi Aku tak tahu pasti sudah berapa lama kau merasa benar-benar hidup.... Mungkin bagimu setiap hari adalah sama saja. Namun kukira, hari ini tentu menggodamu untuk mengenang kembali seluruh langkah yang telah kau tapaki. Setiap jejak yang telah kau lewati. Mengenang, mungkin hanya itu yang bisa dilakukan. Sebab sekuat apapun kita berusaha masa lalu tak pernah mampu kita ubah. Namun setidaknya kita masih punya pilihan-pilihan di hari esok. Dan dari masa lalulah kita belajar.

Sederhana Mencintaimu

Aku Ingin Mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak pernah disampaikan  awan kepada hujan yang menjadikannya tiada -Sapardi Djoko damono- saya tidak tahu kenapa Sapardi menulis puisi itu. Entah karena ia sedang jatuh cinta atau mungkin ia justru sedang patah hati. Entahlah, mungkin hanya Sapardi yang tahu. Tapi setidaknya puisi itu mewakili perasaan kita semua. Bahwa yang kita rindu justru kesederhanaan. Bukan kerumitan. Kerumitan yang ada sekarang ini, dalam dunia Filsafat misalnya, adalah karena ulah manusia sendiri yang mempersulit diri.  

Lelaki-lelaki Kurus

“ada orang-orang yang membiarkan kurus  tubuhnya demi untuk membesarkan jiwanya” Ia memang terkungkung dalam sel penjara. Tapi itu hanya raganya. Hanya Tubuhnya. Namun buah pikirannya melanglang buana lintasi benua. Sebrangi samudera. Maka sampailah tulisan-tulisannya di India. Dari sel sempit dimesir, buah pikirannya terbang dan sampailah di syaikh itu, Syaikh Hasan An Nadwi. An Nadwi pun terpukau. Membaca tulisan-tulisan itu, yang kuat gagasannya, utuh pemikirannya. Keras namun penuh kelembutan hati. Tulisan itu bergetar. Berruh sekaligus. Ia terpana. tak salahlah, jika kemudian, An Nadwi berpikir bahwa sang penulis ini bertubuh gagah, kekar seperti tulisan-tulisannya yang memang bergagasan kuat dan utuh. Dan tatkala An Nadwi berkesempatan mengunjungi mesir. Terkejutlah ia. Ternyata si empunya gagasan tidak seperti yang ia pikirkan: kekar, gagah, rupawan. Yang ada dihadapannya kini adalah lelaki kurus, ringkih, ceking, sama sekali tidak kekar. Ia adalah Sayyid Qutbh. Tapi itu

Redefining Ukhuwah

"Sebab ukhuwah bukanlah menyatukan Puzzle-puzzle menjadi susunan yang utuh. Bukan pula menempel kertas demi kertas  menjadi layang-layang. Tapi adalah dengan jarum, menjahit kain demi kain perca menjadi sebuah busana berkilau cahaya..." Bersiaplah kecewa bagi ia yang mengira bahwa ukhuwah ini selamanya indah. Saling memahami. Saling mendahulukan. Saling mencintai. Saling memberi. Bersiaplah sakit hati bagi ia yang berharap ukhuwah selamanya madu murni. Tanpa pahit. Seluruhnya manis. Memang benar ukhuwah itu indah. Manis. Namun tidak selamanya.  Namun itu idealnya. Dan kita bukanlah manusia-manusia ideal dalam suatu tempat dan waktu yang ideal. Maka saat ini bersikap realistis sangat diperlukan. Seperti kata banyak orang, kita bukanlah kumpulan para malaikat. Maka dari itu mari mendefinisikan kembali makna dari ukhuwah kita. Kadang kita terbuai dengan kisah Saad Bin Ar Rabi yang asli penduduk pribumi madinah kala itu yang dengan begitu murah hati membagi miliknya menj

Sebuah Asa

Jika dunia kita hari ini tak beda dengan langit malam. begitu gelap. Pekat. Yang ada hanya hitam. Setiap orang terjatuh dan tak berani bangkit lagi. Setiap orang tidak tahu kemana arah menuju. Semua gelap. Maka aku ingin jadi purnama. Yang membawa cahaya. Yang menerangi. Yang mengantarkan hangat. Yang menunjukkan jalan.

Menatap Akhwat-pun Aku Tak Mampu

Saya hendak bercerita padamu, maka tolong dengarkan baik-baik. Alkisah, seorang pemuda amat kesulitan menjelaskan gejolak perasaannya sendiri. Gemuruh hatinya sendiri. Kadang ia tenang bagai permukaan danau. Kadang pula ia berkecamuk bagai badai di laut lepas. Kadan ia membara seperti lava di jantung gunung berapi. Atau terkadang ia dingin sebeku es di kutub utara. Seringkali ia lapang seluas sahara, kadangkala ia sempit sesesak sel di penjara.

Ekonomi Kata

"Ternyata Berbicara bukanlah sekedar menggerakan bibir dan lidah saja" Tiba-tiba saja muncul sebuah pertanyaan: mengapa ada orang yang kata-katanya begitu bernas, ada pula yang jika berkata pasti didengar sungguh-sungguh lalu diikuti. Yang lain ada yang kata-katanya begitu dinantikan tapi ada pula yang orang pun bosan mendengarnya berbicara. Ada yang berkata lalu kata-katanya itu bergetar sampai ke sumsum tulang paling dalam, namun ada orang yang berkata hanya sampai di daun telinga. Hanya mampu menggetarkan gendang di telinga bagian dalamnya. Ada orang yang dengan satu katanya mampu merubah banyak hal, namun ada yang sampai berbusa-busa tapi tak bermanfaat sama sekali. Ini sungguh hal yang menarik untuk dibahas.

Bersatu karena Tujuan yang Satu

“Kita tahu bersatu itu perlu. Tapi itulah salah kita, kita hanya sekedar tahu” Kita semua tahu, bahwa kita bisa maju jika dan hanya jika kita bersatu. Semenjak sekolah dasar dahulu, kita diajarkan oleh guru-guru kita tentang satu hal yang diulang-ulang: sapu lidi. Mungkin kita bosan mendengarnya, tapi ini adalah salah satu pelajaran terpenting dalam proses pendidikan kita.   Lidi –sebagaimana kata guru-guru kita- akan sangat mudah dipatahkan jika hanya satu batang. Namun, jika lidi itu dikumpulkan hingga mencapai seribu atau lebih, maka lidi itu akan berubah menjadi sapu lidi yang bukan hanya sulit untuk dipatahkan tapi juga sangat berguna setidaknya untuk menyapu daun-daun berserakan di halaman depan.

Aku dan Ibuku Pada Suatu Hari

“aku ingat betul. Pernah Kau kecup keningku disaat pagi. Meluruskan kerah bajuku yang lusuh. Menjahit kantong bajuku yang koyak tanpa kutahu. Ajariku hingga mampu berdiri tegak. Hingga mampu berjalan tegap. Lalu, kau minta aku pergi kejar cita hingga sampai di ujung samudera. Hingga aku melangkah kian jauh. Berderap hingga peluh. Tapi Kau tak pernah ingatkanku untuk berhenti. Tak pernah beritahuku sampai kapan mesti berlari. bahkan tak pernah tunjukanku jalan kembali. Padahal, ini pertama kalinya aku ingin pulang.......”  Pada suatu hari, aku menangis untuk pertamakalinya. Lalu ibuku memberiku nama Syubhan Triyatna. Siapapun tidak tahu apa arti dari kata Syubhan, bahkan ibuku sendiri. Mungkin Ibuku ingin agar aku sendirilah yang memberi arti pada nama itu. Tentang triyatna, Tri artinya 3, aku adalah anak ke 3. Kalau Yatna diambil dari nama tetangga. Tapi jangan buruk sangka dulu. Itu karena tetanggaku dulu adalah orang paling terpandang sekampung: Bapak Yayat SupriYATNA. Beliau ad

Seniman Dakwah

“ada orang-orang yang bergerak tanpa ruh. Sama banyaknya dengan ruh-ruh yang tidak bergerak”           Berawal dari pertanyaan yang tiba-tiba hadir  dalam  acara  renungan, brain storming , muhasabah atau apapun namanya. Biasanya dalam acara-acara itu digunakan backsound –untuk mendramatisir acara- yang biasanya dari instrumen-instrumen berjudul Koi, Silk Road, Sozo , atau matsuri. Instrumen-instrumen itu malah kadang lebih menyentuh dari pada renungannya. Sebenarnya siapa seniman yang bisa membuat musik begitu menyentuh itu? Inilah yang coba saya telusuri. Dan didapatlah nama seorang seniman Jepang nyentrik berambut panjang: Kitaro.         Mungkin hadir juga tanda tanya mengapa instrumen-instrumennya begitu meresap sampai hati yang mendengarnya . sebelum melangkah lebih jauh, Ada baiknya kita simak terlebih dahulu bagaimana jeniusnya seniman ini dalam membentuk instrumen yang begitu menyentuh.

Mata Air Kepemimpinan

“Kedudukan pemimpin dalam dakwah”, kata Hasan Al Banna, “adalah sebagai ayah dalam kaitan ikatan hati, sebagai guru dalam kaitan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, sebagai syaikh dalam kaitan pendidikan ruhani, dan sebagai pemimpin dalam mengendalikan kebijakan umum.”          Seingat saya,   saat saya LDKO (latihan dasar kepemimpinan OSIS) dulu dan masih berseragam putih abu dijelaskan oleh seorang kakak kelas bahwa pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk bergerak mencapai tujuan bersama. Intinya, pemimpin adalah pengaruh. Tidak ada kepemimpinan tanpa adanya pengaruh. Saat ini, saya baru sadar bahwa ada kesalahan dalam definisi itu. Tepatnya dalam kata pengaruh. Disitu tidak disebutkan pengaruh itu arahnya kemana: Langit atau jurang. Itulah ilmu barat. Selalu munculkan syubhat. Maka lahirlah kepemimpinan ala Hitler yang bantai jutaan jiwa, Muncullah Stalin yang sengsarakan rakyatnya sendiri dengan konsep yang di bawanya: komunisme.

Estafet

gambar dari: anneahira.com Tongkat itu, sejak dulu, selalu terestafet dari tangan ke tangan. dari masa ke masa. basah dilumuri peluh,darah dan air mata. Tongkat itu memang berat. Terlalu berat. Jika kau mengambil tongkat itu, kau harus berlari sekuat mampumu. Sepanjang terik siang. Sepanjang gigil malam. Meski dibawah deras hujan. Walau Dihempas angin badai. Mungkin karena itulah, kini tongkat itu terjatuh tergeletak begitu saja. Tanpa ada orang yang peduli memungutnya.  Kau yang sedang duduk-duduk disitu, Bangunlah! dan ambillah tongkat itu!  Jika kau tak juga mau mengambil tongkat itu, Biarlah aku yang memungutnya!  Meski dengan langkah gontai dan kaki penuh luka sembilu...

Jalan Dakwah Itu Macet

Beberapa waktu lalu, bersama kawan-kawan rencannya akan pergi rihlah ke suatu tempat di Bogor. Dari dramaga kami menyewa 2 angkot jurusan Ciampea-laladon. Sesampai di jalan sebelum pertigaan arah ke BTM tiba-tiba angkot yang kami tumpangi berhenti. Sama halnya dengan kendaraan-kendaraan lainnya. Tapi berhentinya benar-benar berhenti dan tidak bergerak. Tidak biasanya macet seperti ini, kata Pak sopir. Selama hampir 30 menit hanya bergerak beberapa depa. Akhirnya kami putuskan untuk berjalan saja sampai di jalan yang tidak terjadi kemacetan. Kami berjalan sampai pertigaan di depan dan ....Ternyata ini dia penyebabnya. Di pertigaan itu mobil dan motor  tidak bisa bergerak maju apalagi mundur. “Terkunci”.  Dari sebelah utara motor mengambil jatah jalan sebelah kanan, begitu juga dari arah timur dan barat. Jadilah kendaraan disitu tidak bisa maju apalagi mundur. Dan yang terdengar hanyalah klakson-klakson bersahutan dan ocehan para pengendaranya. “Ini gara-gara motornya kebanyakan pak”,

Adanya Genap, Tiadanya Ganjil

Kalau kita jeli memperhatikan sekeliling kita, kita akan mendapatkan fenomena unik. Bahwa ada orang-orang yang kehadirannya senantiasa dinanti dan kepergiannya di tangisi. Ada lagi golongan orang-orang yang kehadirannya malah dihindari dan kepergiannya justru disyukuri. Pun, ada juga orang-orang yang kehadiran atau ketiadaanya sama saja: adanya tidak menggenapkan, perginya tidak mengganjilkan.

Cinta, Bukan Untuk Canda

“Sebab bagi kami, para pemuda, Lidah Adalah Setengah dari Harga Diri!” Hari Itu hari Jum’at. Hari yang tepat untuk suatu kegiatan  yang mesti menguras energi hari itu: Ujian Praktikum Salah Satu Mata Kuliah di Departemen Akuakultur. Saya awali pagi itu dengan penuh optimisme, Bahwa ujian kali ini akan baik-baik saja. Terlepas dari persiapan yang memang seadanya. Penyebab optimisme hari ini sederhana saja, yaitu mentari yang cerah terbit di ufuk. Mentari melambangkan optimisme sebab ia hadir setelah gelap yang panjang. Ia muncul dengan hangatnya setelah malam yang begitu dingin. Mentari memang menginspirasi.

Aku Cemburu

Pada satu-dua daun yang jatuh di pekarangan rumahmu, aku cemburu. Sebab ia jatuh tanpa kebencian. Ia tak pernah mendendam pada hal yang membuatnya jatuh: angin. Sebab ia jatuh setelah tuntas semua tugasnya: menjadi penerima cahaya untuk bekal pohon tumbuh dewasa. Sebab ia jatuh tanpa sekalipun keluh pada Tuhannya. Ia jatuh dengan cinta. Itu yang tak mampu kutiru...