Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Jalan Ninja

Naruto babak belur. Ia masih berusaha untuk berdiri. Cakranya nyaris habis. Obito menatap Naruto dengan pandangan meremehkan. Sementara itu Naruto masih berusaha mengumpulkan sisa tenaga dan harapannya untuk bangkit berdiri. "Kenapa kau mencoba terus berdiri...!? Apa tujuanmu terus bertarung? Demi temanmu? Atau untuk dunia? Dengar... suatu hari nanti temanmu akan menghianatimu, lalu cinta akan menjadi kebencian. Kay seharusnya sudah tahu. Orang-orang di desa dan juga Sasuke sudah menghianatimu. Lalu cinta dari Jiraiya sudah berubah menjadi kebencian bagimu. Kau sama sepertiku. Kebencian terus bertambah lalu kau akan berubah. Dan sekarang... Kepedihan yang lebih banyak sedang menunggumu. Bisakah kau tegaskan lagi kalau kau takkan berubah?" "Teman-temanmu mungkin akan menghianatimu lagi. Aliansi shinobi mungkin akan berperang lagi. Lagipula kau itu tidak tahu cara untuk menang melawanku... Sudah tidak ada alasan lagi untuk berjuang demi dunia ini... dunia ini akan b

Obrolan Cinta

Dimulai dari Qais yang gila pada Layla dalam cerita kuno Layla Majnun. Dilanjutkan cerita klasik Romeo dungu yang mati demi Juliet. Lalu Kisah haru Zainuddin yang kandas cintanya pada Hayati bersama Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Disambung kasih Hamid yang tak pernah sampai pada Zainab dalam roman Di Bawah Lindungan Ka'bah. Yang terbaru, cinta mempertemukan Azzam dan Anna dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih. Cinta juga yang pisahkan sementa ra Ainun dari Habibi. Akupun ia. Cinta kadang merasuk terlalu dalam. Meremas jantung menikam ulu hati. Tetapi, jika saja kita mau merenung sejenak. Membayang indah nirwana seperti Al Quran ceritakan: sungai-sungai, hijau pepohonan, sutra tebal, permadani menghampar dan segala yang tak pernah bisa terbayang eloknya. Mencoba mencerna ilustrasi tentang jahannam: Ngeri malaikat Zabaniah, Buah zaqqum yang nyangkut di kerongkongan, air timah, nanah, dan berbagai pedih yang mungkin tak akan kita bisa bersabar atasnya barang sedetik. Lalu kit

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Pluralisme Harakah

Beberapa tahun yang lalu sutradara Hanung Bramantyo merilis film berjudul "Tanda Tanya" yang sempat menimbulkan kontroversi dengan ide pluralismenya. Salah satu dialog yang saya ingat adalah bahwa katanya "Semua orang berhak memilih jalannya sendiri menuju Tuhan. Mungkin kita berbeda pada jalannya, tetapi tujuannya adalah sama". Kurang lebih demikian. Plural itu keniscayaan, sebab kita memang hidup di negeri Bhineka. Majemuk. Tetapi Plur alisme adalah satu kesalahan bahwa kita memaknai semua agama adalah sama benar. Artinya seorang penganut pluralisme tidak meyakini agamanya benar. Ini tentu suatu hal yang aneh. Adalah wajar bila penganut agama yakin dengan bukti yang jelas tentu bahwa agamanya yang paling benar. Sebab hanya ada satu jawaban benar diantara soal multiple choice. Sekoci Saat di tahun 1924 kapal induk umat islam karam diterjang sekularisme. Umat islam centang perenang menyelamatkan diri menggunakan sekoci-sekoci kecil. Begitulah ust Rahmat

Dimana Musa?

Korun si kapitalis beranak pinak. Firaun presiden bengis berkembang-biak. Hamman pejabat bangsat menjamur seperti fungi di musim hujan. Samiri ulama ilmuan oportunis bermunculan tak bisa dihenti. Semua tokoh antagonis sudah muncul hari ini. Lalu pertanyaan yang mendesak kita tanyakan pada zaman adalah: dimana Musa? Dimana sembunyi tokoh utama? Jawabannya sederhana tapi mungkin juga sulit. Kamulah, akulah, kitalah sebenarnya Musa itu. Kitalah bayi yang dilarungkan itu. Kita lahir di sungai sejarah yang jeram. Lalu diasuh diistana musuh kita sendiri. Kita hidup dewasa dibawah naungan peradaban materialisme. Materialisme diakui atau tidak adalah ayah angkat kita. Dan hari ini pun kitalah yang ditugasi misi level a: mendakwahi ayah angkat kita itu. Meski dengan sedikit tentara dan amunisi. Sadarkah kamu kitalah tokoh utama itu? Kitalah Musa itu! Lalu apa yang mesti kita lakukan? Tidak mungkin kita menyerang membabi buta ke jantung pertahanan musuh. Semua perlu persiapan. Seperti

Generasi Brengsek

Jika tulang yang tertimbun itu bisa bicara, entah apa yang akan kau kata Atau mungkin kau akan memilih untuk berkaca-kaca pada mata Kami memang generasi brengsek, kek... Dulu kau bunuh takut Kau bunuh ego akut Kau tantang meriam Kau terjang seribu peluru Kau lupa lapar haus sembilu Kau lupa nyawamu cuma satu Tapi kau ingat hari depan cucu-cucumu Kami memang generasi brengsek, kek... Bahkan kami takut lalu berebut remah-remah kapitalis Kami mengiba mengemis-ngemis pada mereka yang dulu kau usir dengan kepala tegap Kami menunduk-nunduk doyong dijalanan post modern Kami terbungkuk-bungkuk diantara gedung menjulang. Padahal dulu kau tegak di antara bayonet menerjang Kami memang generasi brengsek, kek..

Akulah Si telaga

"akulah si telaga: berlayarlah di atasnya; berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma; berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya; sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja — perahumu biar aku yang menjaganya" Saya tidak tahu pasti, apa yang melatari Prof. Sapardi menulis sajak itu. Tetapi membacanya, mengingatkan saya pada seseorang yang kadang luput saya terimakasihi: Murobbi. Tentang ketulusan dan kesederhanaannya. Sudah kita fahami semua bahwa pembinaan mesti diprioritaskan dari gerakan reformasi. Takwim sebelum tanfidz. Tarbiyah sebelum jihad. Sebagaimana seorang kontraktor mesti membangun pondasi dan menyiapkan bahan termasuk batu bata-batu bata terbaik sebelum meninggikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang dirancang dalam maket, maka pondasi yang diperlukan dan bahan yang dibutuhkan mesti lebih dalam dan banyak. Dan tarbiyah adalah pondasinya. At Tarbiyatu Fannu shina'atil insan. Tarbiy

HAARUUNA AKHI (QS 20:30)

Amunisi apa yang pertama kali diminta Musa saat diberi tugas maha berat menda'wahi ayah angkatnya sendiri yang durjana level 4? Satu set alusista? Modal bermilyar? Satu peleton pasukan invanteri? Satu korps kavaleri? Tongkat mukjizat? Tidak, tongkat itu Allah yang beri tanpa Musa minta. Tetapi, Musa minta Harun agar membersamainya. Sebab Musa tahu bahwa jalan didepan akan penuh liku tanjak. Apakah mereka selalu rukun canda tawa? Tidak juga. Bahkan pernah Musa saking kesalnya ia pada Harun, hampir meninjunya. Saat ia titipkan kaum israil pada Harun, Harun gagal laksanakan tugas. (QS 20: 92-94) . . . . . Kita, tidak ada yang sekuat Musa. Tetapi Firaun presiden dzalim, Korun kapitalis serakah, Hamman pejabat busuk, dan Samiri kyai ilmuan sesat telah terkloning sedemikian jumlahnya. Maka kita lebih butuh bersama dibanding butuhnya Musa pada Harun. Itulah ukhuwah. Dan hari ini kita memaknai ukhuwah sebatas makan-makan bersama canda dan tawa. Atau sebatas ucapan "b

Mesin Waktu

Aku ingin menjelma awan. Berarak tenang perlahan diam-diam menarik air dari samudra. Dari embun pagi. Dari Pucuk daun dan ujung bunga, Tak bisa menolak sinar matahari yang memaksanya berevaporasi. Tak bisa menolak angin yang menerbangkan titik-titik air ke langit. Lalu pada saatnya, akan turunlah ia jadi hujan. Menyuburkan yang kering. Menghijaukan yang muram. Hasan masih terpaku menatap keluar jendela. Ia beruntung, nomor kursi 24 tepat berada di samping jendela pesawat yang ditumpanginya. Sebenarnya ada layar di depan kursinya yang didalamnya ada banyak film, musik, atau game yang disediakan maskapai untuk mengusir kebosanan. Atau ia juga bisa memilih untuk tidur seperti orang sebelah bangkunya yang sejak 5 menit selepas lepas landas tadi sudah terpejam. Ia tak tertarik. Ia lebih memilih terpaku menatap keluar jendela. Membaca tanda-tanda. Andai, suatu saat ia diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Rasulallah. Andai, semoga ini tidak hanya andai-andai. Ia ingin bercerita tent

HACCP DAKWAH

Kota Memphis siang itu ramai sebab ada 2 orang yang tengah beradu gulat. Satu dari klan Firaun, satu lainnya dari bangsa Israil klan Nabi Musa AS. Musa yang masih muda terpatik rasa emosional dan rasialnya. Majulah Musa menolong klannya. Sekali hajar bak Mike Tyson, jatuh matilah lawannya. (QS 28:15) Besoknya, Musa diuji lagi dengan hal yang sama. Amarahnya diuji. Orang seklannya yang sama seperti kemarin berbuat onar lagi dengan berkelahi di tengah pasar. Musa karena rasa nasionalisme jahiliyahnya tergoda maju untuk menonjok lagi lawan rekannya. Tetapi, Musa Kemudian sadar ini ujian. Maka Musa menahan dirinya. Musa lulus meski hampir gagal. (QS 28:19) Begitulah, kita diuji, seperti kata Ust Rahmat Abdullah, pada titik terlemah kita. Kita diuji pada Critical Control Point dimana disisi itu kita lemah. Seperti Musa yang diuji amarahnya, sampai ia lulus. Atau Syu'aib yang diuji dengan putra kesayangannya yang hilang: Yusuf. Sebab disitulah lemahnya. Atau Bani Israil yang