Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2013

Jalan Dakwah Itu Macet

Beberapa waktu lalu, bersama kawan-kawan rencannya akan pergi rihlah ke suatu tempat di Bogor. Dari dramaga kami menyewa 2 angkot jurusan Ciampea-laladon. Sesampai di jalan sebelum pertigaan arah ke BTM tiba-tiba angkot yang kami tumpangi berhenti. Sama halnya dengan kendaraan-kendaraan lainnya. Tapi berhentinya benar-benar berhenti dan tidak bergerak. Tidak biasanya macet seperti ini, kata Pak sopir. Selama hampir 30 menit hanya bergerak beberapa depa. Akhirnya kami putuskan untuk berjalan saja sampai di jalan yang tidak terjadi kemacetan. Kami berjalan sampai pertigaan di depan dan ....Ternyata ini dia penyebabnya. Di pertigaan itu mobil dan motor  tidak bisa bergerak maju apalagi mundur. “Terkunci”.  Dari sebelah utara motor mengambil jatah jalan sebelah kanan, begitu juga dari arah timur dan barat. Jadilah kendaraan disitu tidak bisa maju apalagi mundur. Dan yang terdengar hanyalah klakson-klakson bersahutan dan ocehan para pengendaranya. “Ini gara-gara motornya kebanyakan pak”,

Adanya Genap, Tiadanya Ganjil

Kalau kita jeli memperhatikan sekeliling kita, kita akan mendapatkan fenomena unik. Bahwa ada orang-orang yang kehadirannya senantiasa dinanti dan kepergiannya di tangisi. Ada lagi golongan orang-orang yang kehadirannya malah dihindari dan kepergiannya justru disyukuri. Pun, ada juga orang-orang yang kehadiran atau ketiadaanya sama saja: adanya tidak menggenapkan, perginya tidak mengganjilkan.

Cinta, Bukan Untuk Canda

“Sebab bagi kami, para pemuda, Lidah Adalah Setengah dari Harga Diri!” Hari Itu hari Jum’at. Hari yang tepat untuk suatu kegiatan  yang mesti menguras energi hari itu: Ujian Praktikum Salah Satu Mata Kuliah di Departemen Akuakultur. Saya awali pagi itu dengan penuh optimisme, Bahwa ujian kali ini akan baik-baik saja. Terlepas dari persiapan yang memang seadanya. Penyebab optimisme hari ini sederhana saja, yaitu mentari yang cerah terbit di ufuk. Mentari melambangkan optimisme sebab ia hadir setelah gelap yang panjang. Ia muncul dengan hangatnya setelah malam yang begitu dingin. Mentari memang menginspirasi.

Aku Cemburu

Pada satu-dua daun yang jatuh di pekarangan rumahmu, aku cemburu. Sebab ia jatuh tanpa kebencian. Ia tak pernah mendendam pada hal yang membuatnya jatuh: angin. Sebab ia jatuh setelah tuntas semua tugasnya: menjadi penerima cahaya untuk bekal pohon tumbuh dewasa. Sebab ia jatuh tanpa sekalipun keluh pada Tuhannya. Ia jatuh dengan cinta. Itu yang tak mampu kutiru...