Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .

Untuk Yang Milad Hari ini

Mungkin kini kau sudah lebih dari 2 dekade menginjak tanah ini, tapi Aku tak tahu pasti sudah berapa lama kau merasa benar-benar hidup.... Mungkin bagimu setiap hari adalah sama saja. Namun kukira, hari ini tentu menggodamu untuk mengenang kembali seluruh langkah yang telah kau tapaki. Setiap jejak yang telah kau lewati. Mengenang, mungkin hanya itu yang bisa dilakukan. Sebab sekuat apapun kita berusaha masa lalu tak pernah mampu kita ubah. Namun setidaknya kita masih punya pilihan-pilihan di hari esok. Dan dari masa lalulah kita belajar.

Sederhana Mencintaimu

Aku Ingin Mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak pernah disampaikan  awan kepada hujan yang menjadikannya tiada -Sapardi Djoko damono- saya tidak tahu kenapa Sapardi menulis puisi itu. Entah karena ia sedang jatuh cinta atau mungkin ia justru sedang patah hati. Entahlah, mungkin hanya Sapardi yang tahu. Tapi setidaknya puisi itu mewakili perasaan kita semua. Bahwa yang kita rindu justru kesederhanaan. Bukan kerumitan. Kerumitan yang ada sekarang ini, dalam dunia Filsafat misalnya, adalah karena ulah manusia sendiri yang mempersulit diri.  

Lelaki-lelaki Kurus

“ada orang-orang yang membiarkan kurus  tubuhnya demi untuk membesarkan jiwanya” Ia memang terkungkung dalam sel penjara. Tapi itu hanya raganya. Hanya Tubuhnya. Namun buah pikirannya melanglang buana lintasi benua. Sebrangi samudera. Maka sampailah tulisan-tulisannya di India. Dari sel sempit dimesir, buah pikirannya terbang dan sampailah di syaikh itu, Syaikh Hasan An Nadwi. An Nadwi pun terpukau. Membaca tulisan-tulisan itu, yang kuat gagasannya, utuh pemikirannya. Keras namun penuh kelembutan hati. Tulisan itu bergetar. Berruh sekaligus. Ia terpana. tak salahlah, jika kemudian, An Nadwi berpikir bahwa sang penulis ini bertubuh gagah, kekar seperti tulisan-tulisannya yang memang bergagasan kuat dan utuh. Dan tatkala An Nadwi berkesempatan mengunjungi mesir. Terkejutlah ia. Ternyata si empunya gagasan tidak seperti yang ia pikirkan: kekar, gagah, rupawan. Yang ada dihadapannya kini adalah lelaki kurus, ringkih, ceking, sama sekali tidak kekar. Ia adalah Sayyid Qutbh. Tapi itu