Langsung ke konten utama

Cara Kita Membaca BBM


"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..."
Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh.

Mohon maaf sebelumnya, disini saya tidak akan bicara panjang lebar tentang BBM yang mulai merubah struktur harga di pasar. Saya juga tidak begitu faham bagaimana kenaikan harga BBM akan membuat inflasi yang berimbas pada harga-harga kebutuhan pokok yang lainnya. Sejujrnya, Inflasi pun saya tidak begitu mengerti bagaimana mekanismenya. Biarlah para doktor-doktor dan bapak anggota dewan yang terhormat itu yang berdebat di TV 14 inchi yang kami punya. Tapi katanya akan ada acara bagi-bagi uang dari pemerintah.  BLSM kalau kata yang di iklan. Wah, pasti akan ada antrian panjang dari sabang sampai merauke. Seperti biasa, berdesakan dan saling injak jadi pemandangan sehari-hari.  Mungkin besok akan bertambah lagi orang-orang yang meloncat ke angkot untuk bernyanyi, "dari pada kami nyolong", katanya. Mungkin esok atau lusa akan bertambah lagi orang-orang yang menengadah di pinggir trotoar. Mungkin esok atau lusa akan bertambah lagi orang-orang murung itu, stress dengan tekanan hidup dan himpitan ekonomi. Entahlah, saya bukan peramal. Yang jelas kata BPS (2013), jumlah orang -maaf- miskin sudah sampai 28,59 juta jiwa. apakah akan bertambah? semoga saja apa yang saya pikirkan salah.

kembali ke kuliah kita di perguruan tinggi atau disekolah-sekolah mau yang SNI atau SBI. Mungkinkah dengan hafalan-hafalan kita tentang nama-nama enzim? Tentang nama-nama ilmiah bisa menyelesaikan masalah-masalah kita yang kian rumit ini? semoga saja. Masalah-masalah kita hari ini lebih kompleks dari usia kita. Lebih rumit dari umur kita. Maka, hari ini kita dipaksa dewasa lebih cepat. Belajar lebih cepat. Kita diharuskan menjadi pembelajar sejati. Kita diminta bisa cakap membaca, bukan hanya diktat-diktat itu, tapi juga realita di sekitar kita.

Goh Chok Tong (mantan Perdana menteri Singapura) ketia hadir dalam acara pertemuan anggota Parlemen muda seasia timur dan Amerika latin. Ada yang bertanya padanya, dila bilang begini, "apa nasihatmu pak, untuk anak muda seperti kami?". Goh Chok Tong malah jawab begini, "Saya diutus oleh pemerintah untuk belajar ke Amerika. Saya belajar di harvard. saya belajar hukum, politik, ekonomi,saya  belajar semuanya. tapi ketika saya kembali ke Singapura, saya menemukan fakta bahwa tidak ada satupun ilmu yang saya dapat bisa saya terapkan untuk mengatur Singapura. saya belajar dari awal kembali".

Ibnu Qayyim pernah bilang begini,"Hendaklah engkau belajar bukan dari buku-buku yang kau baca, bukan dari karya ilmiah yang kau buat, tapi dari amal yang kau lakukan".

"Udah belajar belum Lo Bro?", itu pertanyaan salah satu kawan ketika H-1 jam Ujian dimulai. Saya tidak menjawabnya, dan sama sekali tak tertarik untuk menjawabnya. Saya cukup tersenyum padanya. sudah. Mungkin inilah maksud dari kata "belajar" di benak para pelajar kita -saya percaya anda ukan salah satunya-: bahwa belajar adalah membaca slide sehari atau sejam sebelum ujian, menghafal sekenanya lalu setelah ujian, melupakannya. Persis seperti ember yang diisi air untuk menyiram halaman, ember itu akan tetap kosong. Apakah, menurut anda, pembelajar semacam ini akan mampu menyelesaikan masalah kompleks di negara ini hari ini? Izinkan saya untuk tidak menjawabnya. Yang pasti, tentang BBM ini saja kita gamang menyelesaikannya.

Mungkin anda pikir, bahwa tulisan ini juga tidak akan menyelesaikan masalah. caci maki untuk presiden juga tidak akan selesaikan perkara. Apalagi cuma berteriak di twiter dan fesbuk. Anda benar, saya pun setuju. Kali ini saya hanya ingin meneriakkan isi hati saya. itu saja. Saya bukan pengamat ataupun peneliti. Saya hanya bagian dari masyarakat yang resah. Maka izinkanlah, untuk kali ini saja, saya resah bersama masyarakat.



*gambar dari sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m