Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

Narasi Akhlak

Bangkai nurani terkapar. Begitu saja. Disembelih nafsu dengan parang berkarat. Lukanya menganga bernanah. Pedih. Perih. Darah berceceran. Ke muka. Ke dinding hati. Ke mata air jiwamu. Tiba-tiba semua merah marun. Amis menyerbak. Dan busuknya lah yang menyumbat hidungmu. Menyumpal telingamu. Menohok matamu. Hanya gagak-gagak hitam yang kemudian mendekat. Tergiur. Tergiur borok busuk bangkai nurani. Tak ada peduli. Tergeletak. Begitu saja. Langit akhlak roboh. Puingnya menimpa pelita. Pecah. Lalu padam. Gelap menyeruak. Mentari lari ketakutan. Purnama pergi sembunyi. Hanya kabut hitam yang berlapis. Debu dusta bertebaran. Dan badai itu pun datang ditunggangi iblis membawa panas dari neraka. Seketika semua pengap. Gerah. Sesak. Yang terdengar hanya keluh. Caci maki. Kutukan. Hujan itu pun turun. Tapi nanah ! Saat malam itu pekat sepekat-pekatnya. Lelaki itu bangun, akhirnya. Membawa mimpi dari langit. Ia lempar selimutnya. Meloncat berlari. Menembus kabut. Menghantam bad

Matematika adalah Puisi

Matematika adalah puisi. Ia ada dalam kedalaman konsep. berbunga di ketinggian filosofi. ada puisi disana. indah. sangat indah. bahkan lebih indah dari karya sastra para pujangga. tapi kau tak akan bisa membacanya.karena ia tak pernah dibukukan. ia hanya ada dalam palung jiwa para matematikawan. mereka tak berminat mengatakanya.mereka hanya menikmatinya. dalam diam. dalam sunyi. mereka tak tertarik dengan gemuruh tepuk tangan. karena mereka terbuai. mereka tenggelam dalam indahnya. tapi kau tak akan mampu mengapresiasinya. karena merekapun tak membutuhkanmu. kau pun tak akan bisa menikmatinya. sebelum kau tenggelamkan dirimu sendiri hingga kau pun terbuai. .......

Bidik Misi: Antara hak dan Tanggung Jawab

Sampai juga dia di gerbang surga, akhirnya. Setelah melalui perjalanan yang panjang lagi melelahkan. Setelah diadili di mahkamah keadilan negeri akhirat. Setelah sepak terjangnya di dunia yang lalu di-audit oleh para malaikat dengan sangat detail dan menyeluruh. Setelah ditanya tentang setiap nafas, setiap detak jantung, dan setiap kedipan matanya. Sesekali dia memang tergagap menjawab cecaran pertanyaan malaikat. Setelah ditimbang seluruh perbuatan baik dan buruknya, shalih dan bejatnya, harum dan busuknya. Setelah dia alami ketegangan berkepanjangan. Setelah berbanjir keringat dan berkubang peluh menghadapi situasi saat itu. Dia sampai juga di gerbang surga, akhirnya. Selangkah lagi dia akan masuki taman-taman yang indahnya melebihi taman-taman gantung di Babilonia. Dan permadani surga pun sudah siap terhampar khusus untuknya. Dia memang pantas mendapat semua itu: Surga dan segala apa yang didalamnya. Karena dia memang orang yang baik dan selalu ber

Mungkin Aku

Mungkin aku debu Berhambur tersapu di dinding-dinding waktu Terombang-ambing melayang oleh angin tak tentu Jadi aku debu? Ah, bukan! Debu kan layu Mungkin aku daun Daun kering yang jatuh mengalun Menggesek udara hasilkan nada yang turun Jadi aku daun? Ah, bukan! Daun kan rabun Mungkin aku bunga rumput Rekah di pagi mentari turut Hilang di sore senja surut Jadi aku bunga rumput? Ah, bukan! Bunga rumput kan penakut Mungkin aku kamu Ah, bukan! Kamu kan Satu Atau mungkin aku aku Aku yang direnda menjadi kami lalu dirajut yang menjadikannya kita Akulah kita Ya, kitalah aku Pendaki langit, September  2011

Surat untuk Bidadari

Kutitip Rinai rindu padamu, suatu hari nanti izinkan aku menyemainya....... sudahkah kau terima, sayangku? surat yang kutitip pada kelopak angin di senja waktu berisi kata yang tak sanggup disampaikan embun pada mentari yang menjadikannya pergi berisi isyarat yang tak mampu disampaikan debu pada angin yang menjadikannya sirna sudahkah kau baca, sayangku?

Seutas Senyum Rembulan

seutas senyum yang kau hadiahkan padaku ku bingkai dan ku rawat dari debu ku simpan dalam kotak tak seorang pun tahu ku kunci dari dalam agar terjaga selalu jikalah sudi, kau lempar senyum itu lagi, maka akan kuracik untukmu sejuta puisi. yang kueja dari setiap embun di pucuk daun pagi. yang kurenda dari aksara rindu yang membasahi matamu.