Langsung ke konten utama

Narasi Akhlak

Bangkai nurani terkapar. Begitu saja. Disembelih nafsu dengan parang berkarat. Lukanya menganga bernanah. Pedih. Perih. Darah berceceran. Ke muka. Ke dinding hati. Ke mata air jiwamu. Tiba-tiba semua merah marun. Amis menyerbak. Dan busuknya lah yang menyumbat hidungmu. Menyumpal telingamu. Menohok matamu. Hanya gagak-gagak hitam yang kemudian mendekat. Tergiur. Tergiur borok busuk bangkai nurani. Tak ada peduli. Tergeletak. Begitu saja.

Langit akhlak roboh. Puingnya menimpa pelita. Pecah. Lalu padam. Gelap menyeruak. Mentari lari ketakutan. Purnama pergi sembunyi. Hanya kabut hitam yang berlapis. Debu dusta bertebaran. Dan badai itu pun datang ditunggangi iblis membawa panas dari neraka. Seketika semua pengap. Gerah. Sesak. Yang terdengar hanya keluh. Caci maki. Kutukan. Hujan itu pun turun. Tapi nanah !

Saat malam itu pekat sepekat-pekatnya. Lelaki itu bangun, akhirnya. Membawa mimpi dari langit. Ia lempar selimutnya. Meloncat berlari. Menembus kabut. Menghantam badai. Tanpa bulan. Tanpa tahu arah. Meski terseok. Terhempas. Luka sembilu. Memar sekujur. Peluh menderas. Darah mengucur. Tapi ia terus berlari menerjang. Untuk satu tujuan : Menjemput Fajar.

Fajar itu pasti kan hadir. Yakinlah ! dan tahun-tahun yang baru itu membawa cahaya dari syurga. Cahayanya berpendar ciptakan sepenggal firdaus. Seketika kuncup-kuncup akhlak mekar jadi bunga. Semerbaknya mengharum penuhi udara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .