Langsung ke konten utama

Dimana Musa?

Korun si kapitalis beranak pinak. Firaun presiden bengis berkembang-biak. Hamman pejabat bangsat menjamur seperti fungi di musim hujan. Samiri ulama ilmuan oportunis bermunculan tak bisa dihenti.
Semua tokoh antagonis sudah muncul hari ini. Lalu pertanyaan yang mendesak kita tanyakan pada zaman adalah: dimana Musa? Dimana sembunyi tokoh utama?
Jawabannya sederhana tapi mungkin juga sulit. Kamulah, akulah, kitalah sebenarnya Musa itu.
Kitalah bayi yang dilarungkan itu. Kita lahir di sungai sejarah yang jeram. Lalu diasuh diistana musuh kita sendiri. Kita hidup dewasa dibawah naungan peradaban materialisme. Materialisme diakui atau tidak adalah ayah angkat kita. Dan hari ini pun kitalah yang ditugasi misi level a: mendakwahi ayah angkat kita itu. Meski dengan sedikit tentara dan amunisi. Sadarkah kamu kitalah tokoh utama itu? Kitalah Musa itu!
Lalu apa yang mesti kita lakukan? Tidak mungkin kita menyerang membabi buta ke jantung pertahanan musuh. Semua perlu persiapan. Seperti Musa yang belajar 10 tahun di negeri madyan sebelum kembali mendakwahi ayahnya.
Hal yang paling realistis untuk kita lakukan adalah mencetak sebanyak-banyaknya Musa dan Harun. Dan mesin yang kita gunakan adalah tarbiyah. Tarbiyah hiya Fannu shinaatil insan, tarbiyah adalah seni mencetak manusia.
Kampus ini adalah surga bahan baku. Bahan baku terbaik negeri ini ada di kampus ini. Tinggal apakah kita mau menghidupkan mesin tarbiyah itu atau tidak. Maukah kita mengolah bahan baku itu atau tidak. Itu adalah pertanyaan yang menunggu jawaban serius.
Maukah kita membina? Maukah kita menginfakkan waktu muda kita untuk membentuk diri dan orang lain? Atau barangkali hanya ambisi-ambisi egois yang mengisi kepala kita?
Mari membina.
Saya bermimpi bahwa dari kampus ini akan muncul Musa Musa yang bertebar membawa lentera untuk cahayai negeri gelap ini lalu sinari semesta. Bukan Samiri. Bukan benih firaun. Bukan calon Hamman. Bukan anak si korun. Bukan pula robot-robot bertoga yang bingung ketakutan di tengah arus sungai zaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m

Dakwah No Jutsu

Bukan rasenggan yang menjadi jurus Terhebat Naruto. Bukan Sage Mode. Bukan Kagebunshin no jutsu. Bukan kuchiose no jutsu. Bukan pula chakra kyubi yang tersegel di perutnya. Tetapi, seperti kata gurunya, Hatake Kakashi, Naruto punya kekuatan yang aneh yang bisa merubah orang lain. Seperti kata kawannya, si jenius Shikamaru Naraa: aku tak tahu itu apa, tetapi saat didekatnya ia membuatku ingin mengikutinya. Gaara menjadi menyadari arti kesepi an saat bertemu dengan Naruto. Ia lalu merubah kebencian yang ada di dadanya menjadi keinginan untuk berarti bagi orang lain. Naruto merubah Gaara dengan kata-katanya, bukan semata-mata dengan jurusnya. Naruto, meski dengan proses yang panjang, berhasil menyadarkan sahabat karibnya, Sasuke, akan arti sebuah ikatan. Ia tak pernah menyerah meski awalnya Sasuke amat membencinya. Ia bisa saja membunuh Nagato "Pain". Namun Naruto memilih untuk menekan kebencian dan keinginan balas dendam atas kematian gurunya, Jiraiya, yang dibunuh Naga