Langsung ke konten utama

HAARUUNA AKHI (QS 20:30)


Amunisi apa yang pertama kali diminta Musa saat diberi tugas maha berat menda'wahi ayah angkatnya sendiri yang durjana level 4?
Satu set alusista? Modal bermilyar? Satu peleton pasukan invanteri? Satu korps kavaleri?
Tongkat mukjizat? Tidak, tongkat itu Allah yang beri tanpa Musa minta.
Tetapi, Musa minta Harun agar membersamainya. Sebab Musa tahu bahwa jalan didepan akan penuh liku tanjak.
Apakah mereka selalu rukun canda tawa? Tidak juga. Bahkan pernah Musa saking kesalnya ia pada Harun, hampir meninjunya. Saat ia titipkan kaum israil pada Harun, Harun gagal laksanakan tugas. (QS 20: 92-94)
. . . . .
Kita, tidak ada yang sekuat Musa. Tetapi Firaun presiden dzalim, Korun kapitalis serakah, Hamman pejabat busuk, dan Samiri kyai ilmuan sesat telah terkloning sedemikian jumlahnya. Maka kita lebih butuh bersama dibanding butuhnya Musa pada Harun. Itulah ukhuwah.
Dan hari ini kita memaknai ukhuwah sebatas makan-makan bersama canda dan tawa. Atau sebatas ucapan "barakallah" disaat ada rekan yang milad, wisuda atau menggenap.
Sedang Harun, ia membersamai Musa bahkan saat keadaan begitu mencekam: didepan laut, dibelakang pasukan Firaun siap menjagal. Bahkan saat Musa marah sekalipun. Mereka tetap bersama perjuangkan kebenaran.
Harun mengajarkan kita bahwa ukhuwah adalah bersama dalam cahaya. Bukan sama-sama gembira dalam canda tawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .