Langsung ke konten utama

Pluralisme Harakah

Beberapa tahun yang lalu sutradara Hanung Bramantyo merilis film berjudul "Tanda Tanya" yang sempat menimbulkan kontroversi dengan ide pluralismenya. Salah satu dialog yang saya ingat adalah bahwa katanya "Semua orang berhak memilih jalannya sendiri menuju Tuhan. Mungkin kita berbeda pada jalannya, tetapi tujuannya adalah sama". Kurang lebih demikian.
Plural itu keniscayaan, sebab kita memang hidup di negeri Bhineka. Majemuk. Tetapi Pluralisme adalah satu kesalahan bahwa kita memaknai semua agama adalah sama benar. Artinya seorang penganut pluralisme tidak meyakini agamanya benar. Ini tentu suatu hal yang aneh. Adalah wajar bila penganut agama yakin dengan bukti yang jelas tentu bahwa agamanya yang paling benar. Sebab hanya ada satu jawaban benar diantara soal multiple choice.
Sekoci
Saat di tahun 1924 kapal induk umat islam karam diterjang sekularisme. Umat islam centang perenang menyelamatkan diri menggunakan sekoci-sekoci kecil.
Begitulah ust Rahmat Abdullah memisalkan runtuhnya khilafah dan bangkitnya gerakan kebangunan islam melalui berbagai gerakan. Gerakan-gerakan itu seperti sekoci-sekoci kecil yang diharapkan suatu nanti akan bertemu di satu titik lalu merakit kembali kapal besar umat islam.
Pluralisme Gerakan
Saya kira tidak sepenuhnya pluralisme itu salah. Pluralisme akan membantu persatuan islam jika diterapkan pada tataran harokah atau gerakan. Artinya kita menganggap bahwa semua harokah atau aliran atau apapun namanya selama berprinsip al quran dan sunah adalah sama benar hanya berbeda dalam metode.
Betul memang sampai saat ini pertengkaran antar harokah atau aliran atau golongan kecil itu semakin berisik. Tetapi tidak perlu khawatir berlebih, sebab kita ini ibarat kumpulan anak kecil yang bertengkar karena rebutan mobil-mobilan atau hal sepele semisalnya. Namun saat setiap anak-anak itu dewasa pasti akan saling merindukan, bukan?
Yang mesti kita lakukan sekarang adalah mendewasakan pola pikir dan pola emosional kita masing masing. Biarlah hari ini kita bekerja di wilayahnya masing-masing sambil terus berupaya mencari persamaan dan bekerja sama dalam hal yang sepaham serta bertenggang rasa terhadap hal yang diperselisihkan.
Saya menanti waktu dimana sekoci-sekoci kecil itu bertemu di satu titik dan mulai merakit lagi kapal besar umat islam.
Saya juga berharap bahwa meski kini pikiran kita mungkin saling bersebrang tapi hati-hati kita semoga tetap bergandengan.
Teringat saya pada film cemen waktu kecil. Ada syair di lagu openingnya yang melekat di memori masa kecil saya:
"Mari kita bersahabat
Menyatukan hati dan hati..
Dan bersama-sama terbang ke angkasa
Dengan hati riang
Ke langit itu.."
_P-Man_
Mari bersahabat 









sumber gambar:

http://jurnalotaku.com/wp-content/uploads/2014/06/permanatoparman-1.png

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m