tahukah engkau, kawan?
betapa bahagianya aku melihatmu di pelataran universitas itu. . .
melihatmu mendiskusikan teori-teori yang belum aku mengerti. . .
membaca buku-buku yang belum pernah aku baca. . .
mendengar petuah-petuah yang belum pernah aku dengar. . .
sesekali engkau mengernyitkan dahi, indah nian pemandangan itu bagiku, kawan . . .
kita mempunyai mimpi -mimpi yang sama.
jalan itu pun terbuka amat lebar untuk kita.
namun, maaf kawan,
aku tak bisa menemanimu menapaki jalan itu !
tentunya kau faham kawan. . .
betapa rindunya aku berlama-lama duduk di perpustakaan itu. . .
mentafakuri kompleksnya konsep relativitas umum dan binomial newton. . .
menyelami dalamnya samudera sains hingga aku tak ingin lagi beranjak ke permukaan. . .
betapa rindunya aku memutar otak serta memeras keringat untuk memecahkan soal-soal matematika terapan. . .
seperti dulu, kawan !
namun ! tentulah kau mengerti, kawan.
aku harus berhenti sejenak atau mugkin selamanya. . .
ada orang-orang yang lebih membutuhkan keringatku dari pada tugas-tugas perkuliahan itu.!
ada orang-orang yang lebih membutuhkan pikiranku, jiwaku ! dari pada buku-buku tebal itu !
merekalah Ibu & Ayahku, kawan. . .
sungguh malu aku.
begitu beratnya aku mengorbankan sebagian hidupku untuk mereka,
padahal mereka telah menghabiskan seumur hidupnya demi diriku ...
mereka membutuhkanku,kawan ! lebih dari aku membutuhkan gelar dibelakang namaku. . .
tentunya kini kau lebih mengerti, kawan,
mengapa aku tidak bisa menemanimu menapaki jalan itu.
teruslah kau berlari menelusuri jalan itu !
tak usahlah kau menoleh kebelakang !
semoga kau dapat segera mencapai tujuan !
dan percayalah kawan !
suatu saat nanti. akupun akan menyusulmu
meski dengan langkah gontai dan tergopoh-gopoh ...
betapa bahagianya aku melihatmu di pelataran universitas itu. . .
melihatmu mendiskusikan teori-teori yang belum aku mengerti. . .
membaca buku-buku yang belum pernah aku baca. . .
mendengar petuah-petuah yang belum pernah aku dengar. . .
sesekali engkau mengernyitkan dahi, indah nian pemandangan itu bagiku, kawan . . .
kita mempunyai mimpi -mimpi yang sama.
jalan itu pun terbuka amat lebar untuk kita.
namun, maaf kawan,
aku tak bisa menemanimu menapaki jalan itu !
tentunya kau faham kawan. . .
betapa rindunya aku berlama-lama duduk di perpustakaan itu. . .
mentafakuri kompleksnya konsep relativitas umum dan binomial newton. . .
menyelami dalamnya samudera sains hingga aku tak ingin lagi beranjak ke permukaan. . .
betapa rindunya aku memutar otak serta memeras keringat untuk memecahkan soal-soal matematika terapan. . .
seperti dulu, kawan !
namun ! tentulah kau mengerti, kawan.
aku harus berhenti sejenak atau mugkin selamanya. . .
ada orang-orang yang lebih membutuhkan keringatku dari pada tugas-tugas perkuliahan itu.!
ada orang-orang yang lebih membutuhkan pikiranku, jiwaku ! dari pada buku-buku tebal itu !
merekalah Ibu & Ayahku, kawan. . .
sungguh malu aku.
begitu beratnya aku mengorbankan sebagian hidupku untuk mereka,
padahal mereka telah menghabiskan seumur hidupnya demi diriku ...
mereka membutuhkanku,kawan ! lebih dari aku membutuhkan gelar dibelakang namaku. . .
tentunya kini kau lebih mengerti, kawan,
mengapa aku tidak bisa menemanimu menapaki jalan itu.
teruslah kau berlari menelusuri jalan itu !
tak usahlah kau menoleh kebelakang !
semoga kau dapat segera mencapai tujuan !
dan percayalah kawan !
suatu saat nanti. akupun akan menyusulmu
meski dengan langkah gontai dan tergopoh-gopoh ...
Komentar