gambar dari nasyidmadany.wodpress.com |
Tak semestinya sepenuh hidup hanya ada tawa. Mesti perlu tetes-tetes air mata. Tidak seharusnya manis melulu yang ada. Diperlukan pahit agar lidah tak bosan mencecap. Memang begitulah adanya, tawa takkan punya makna jika tak muncul di ujung tangis. dan manis-pun tak akan mampu dirasa oleh mereka yang belum tahu getirnya pahit. tawa dan air mata. Manis dan Pahit. Adalah ibarat dua sisi keping mata uang, suka tak suka kita mesti ambil keduanya...
Tak semestinya sepanjang kenangan kita mesti bersetatap. Saling melempar senyum. Berjalan beriring langkah. Ada kalanya kita mesti berjauh jarak. Bukan untuk ciptakan benci dan lupa. Hanya sekedar untuk ciptakan segenggam rindu. Hanya sekedar untuk ajari kita betapa berarti sebuah pertemuan. Bukankah gunung menjulang akan terlihat lebih indah dari kejauhan?!
Tak semestinya sedalam hati kita mencintai. Karena cinta hanyalah sebuah rasa. Riak-riak hati. Bukan untuk diikuti bagai arus dan jeram. Menabrak batu. Menghantam karang. Tapi mengelolanya bagai bendungan hilir: mengalirkannya saat memang itu pantas dialirkan. Dan kadang membendungnya saat ia memang diluar kewajaran. Menahan degup agar ia tak berubah menjadi guncangan. Agar riak tak jadi menggulung ombak. Karena cinta hanyalah sebuah rasa, bukan untuk dipuja bagai berhala, tapi di kelola agar tak berubah jadi lara yang seringkali berujung nista......
Komentar