Langsung ke konten utama

Aku Bosan Baca Qur’an!


Entah mengapa seringkali aku begitu emosional. Sehingga nalar kadang tak pernah dipertimbangkan. Begitupun saat kubuka Buku itu: Al Qur’an, untuk yang sekian kalinya. Bahkan akupun lupa sudah berapa kali aku menghatamkannya. Atau belum sama sekali jangan-jangan. Ramadhan-ramadhan kulalui bersamanya dengan bahagia tanpa kutahu kitab apa sebenarnya yang ku baca. Apakah ia buku sains, sejarah, atau kitab hukum. Entahlah. Semuanya mengalir begitu saja. Semenjak dulu di surau dengan nyala lampu redup aku membacanya penuh syahdu sekaligus rindu akan terulangnya kembali waktu itu. Barangkali itu adalah episode terbaik dalam serial hidupku.


Kubaca ayat demi ayat tanpa mengerti betul apa yang aku baca selama ini. Tanpa faham benar seberapa dahsyat ayat-ayat itu. Aku hanya membacanya bak rutinitas. Hingga aku sampai pada satu sore dimana aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku saat menyentuhnya. Perasaan yang sama sekali berbeda dengan saat-saat sebelumnya. Aku tak tahu harus menyebut apa jenis perasaan itu. Tiba-tiba saja aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Atau bahkan ingin menjerit sekencang-kencangnya. Andai ini adalah hutan belantara, mungkin aku telah melakukannya. Namun, setelah beberapa detik, aku menyimpulkan bahwa barangkali aku benar-benar telah bosan membaca Al Qur’an.

Aku bosan. Aku bosan dengan Al Quran yang hanya dibaca berulang-ulang di masjid-masjid. Di ma’had-ma’had. Namun dunia tetap saja kelabu. Aku ingin perubahan. Perubahan yang memang nyata ada di bumi. Bukan nanti di negeri akhirat. Aku yakin, Al Quran diturunkan untuk merubah kondisi kelam Bumi ini. Hari ini, bukan nati-nanti. Aku yakin al Quran turun bukan hanya untuk dibaca yang kadangkala disamakan dengan mantra. Aku Yakin Al Quran turun untuk disentuhkan dengan realitas. Untuk bertarung di arenanya. Agar ia menang. Agar ia menjadi nyata. Bukan lagi konsep. Benar memang aku bosan dengan Al Qur’an yang hanya dibaca, sebab aku rindu dengan Al Qur’an yang menjelma realita.

Dan kerinduan itu sudah sampai pada tahap yang menggila. Aku rindu generasi Qur’ani itu bangkit kembali dari kubur. Reborn! Suatu generasi di hari ini yang merupakan kloning generasi pertama islam. Mereka adalah orang-orang yang membaca Al Qur’an hanya untuk satu tujuan, bukan untuk ikut MTQ, bukan untuk dapat syahadah. Bukan untuk lulus sekolah. Bukan. Bukan itu. Satu tujuan itu adalah mengamalkannya. Menerapkannya dalam realitas hidup mereka. Menginstalnya dalam sistem kemasyarakatan mereka. Aku benar-benar rindu Al Quran ini hidup kembali. Berjalan di pasar-pasar. Berjalan di Kampus-kampus. Berjalan di gedung-gedung dewan! Berjalan di barak-barak militer! Terbang di angkasa. Dan Berlayar di samudera!

Kawan, aku serius! Aku benar-benar bosan baca Qur’an, mungkin kau juga sama. Maka mari kita dekap al Quran ini erat sambil berlari ketengah kumparan badai! Sebab aku yakin kita saat ini sama-sama rindu dengan perubahan itu. Perubahan yang benar-benar nyata. Bukan imajiner. Di dunia kita, bukan di dunia yang lain. Sebab aku yakin kau pun sama, memimpikan al Qur’an ini hidup kembali menjadi  matahari yang menyinari kehidupan kita yang terlanjur gelap.



*gambar dari flickr.com


                

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .