Saya kesulitan membayangkan bagaimana rasanya diteror di kampung halaman. Ditolak di negeri sebrang.
Belum kering luka kita atas manusia perahu Rohingya. Ditambahkan lagi garam diatasnya. Atau bahkan cuka. Jika tidak terasa pedihnya, barangkali saraf nurani kita sudah mati. Imigran Syria yang didzalimi di kampungnya mencoba mencari daratan lain yang lebih teduh. Namun Uni Eropa menolak, tentu atas pertimbangan anggaran. Hanya Turki yang mau menampung tanpa peduli apbn. Ini bukan tentang uang, ini tentang ukhuwah.
Namun cerita menjadi tragis saat mereka terhuyung dilautan menuju negeri harapan. Entah tenggelam atau ditenggelamkan. Muhajir Syria itu akhirnya sampai juga di pesisir Turki. Meski tanpa nyawa. Salah satunya seorang bayi bernama Ailan Al Kurdy yang hari itu tertidur lelap terdampar di tepi pantai.
Andai yang terdampar itu adalah Paus langka. Tentu akan banyak media dan aktivis satwa yang datang. Sayangnya yang tergeletak adalah anak muslim.
Mestinya berbagai kepedihan yang menjatuhi kita bagai hujan lebat ini sudah lebih dari cukup untuk memperteguh langkah kita dijalan ini. Memperkeras tekad kita. Bahwa kita mesti memulai kembali langkah menegakkan menara islam.
Meski mungkin hari ini kita tertunduk sedih. meringis pedih. Kita tetap harus bermimpi bahwa di hari depan entah itu anak atau cucu-cucu kita akan menerjang bak banjir bandang. Bahkan melumat semua kedzaliman seperti tsunami yang tenggelamkan kota. Meruntuhkan kepongahan Bashar. Kecongkakan Firaun as Sisi. Mempersaudarakan Korut dan Korsel dengan perekat Islam, seperti Aus dan Khajraz waktu lalu. Dan bersujud di Al Aqsha.
Tetapi semua mesti dimulai hari ini. Dimulai dari diri kita sendiri.
Kita harus memulai. Dunia tidak bisa menunggu kita terlalu lama. Misi yang mendesak untuk kita realisasi adalah:
1. Perbaikan diri sehingga menjadi muslim yang lurus aqidahnya, benar ibadahnya, kokoh akhlaknya, kuat fisiknya, luas wawasannya, memerangi hawa nafsu, menjaga waktu, teratur urusannya, berdikari dan mampu bermanfaat bagi yang lain.
2. Merakit keluarga muslim.
3. Perbaikan masyarakat.
4. Membebaskan negeri dari penguasa asing dan aseng dalam semua aspek.
5. Membentuk pemerintahan muslim.
6. Khilafah
7. Ustadziatul Alam. Soko guru bagi dunia.
(Risalah Taalim, Hasan Al Banna)
(Risalah Taalim, Hasan Al Banna)
PR kita banyak. Tugas kita menumpuk. Tapi durasi kita terbatas. Maka jangan lagi kita mengerjakan hal-hal yang tidak penting. Yang tidak ada hubungannya dengan pencapaian tujuan. Agar di hari depan tidak ada lagi bayi yang berenang sendirian di samudera lepas.
sumber gambar:
https://www.livemint.com/rf/Image-621x414/LiveMint/Period1/2015/09/05/Photos/aylan1-kW0F--621x414@LiveMint.JPG
sumber gambar:
https://www.livemint.com/rf/Image-621x414/LiveMint/Period1/2015/09/05/Photos/aylan1-kW0F--621x414@LiveMint.JPG
Komentar