Sehebat apapun sutradara, dia tidak akan bisa menyajikan
novel secara utuh dalam sebuah film. Novel memberi kita nilai, imajinasi dan
kosa kata sekaligus. Film justru membatasinya. Saya lebih suka membaca novel
dari pada menonton film. Waktunya memang jadi lebih panjang, tapi yang didapat
juga lebih banyak.
…………
Harper Lee, penulis novel ini: To Kill a Mockingbird, hanya menulis satu novel sepanjang hayatnya. Novel ini satu-satunya yang ia tulis. Diterbitkan tahun 1960. Bercerita tentang kehidupan di kota kecil Maycomb, Alabama, Amerika tahun 1930-an. Mengambil tema tentang ketidakadilan rasial dan prasangka. Tema yang cukup berat namun diceritakan secara menarik dalam sudut pandang seorang anak perempuan berumur 8 tahun, Scout.
Membaca novel ini kita jadi mengetahui bobroknya tata masyarakat Amerika era awal abad ke 19. Orang-orang dibedakan dari warna kulitnya dan pakaiannya. Orang kulit hitam atau negro dianggap manusia rendahan. Penjahat. Kasta paling bawah. Diatasnya adalah kulit putih petani. Biasanya mereka tidak berpendidikan namun tetap dianggap lebih tinggi dari pada kulit hitam. Yang tertinggi kastanya adalah kulit putih berdasi. Mereka berpendidikan dan bekerja di swasta atau pemerintahan.
Scout menceritakan kota kecilnya dengan sangat menarik khas
anak umur 8 tahun. Begitu detail , serasa saya pernah tinggal disana.
Orang-orangnya. Lingkungannya. Scout selalu bermain dengan kakaknya jem finch
dan keponakan tetangganya, Dill.
Mereka bertiga penasaran dengan sebuah rumah tua yang hanya dihuni 2 orang. Salah-satunya adalah Boo Radley yang semenjak kecil tidak pernah keluar rumah selama 20 tahun. Ayah nya lah yang keluar, itupun hanya sesekali jika perlu. Konon Boo Radley suka makan kucing hidup-hidup. Seorang kanibal. Itulah yang ada di fikiran mereka bertiga. Selanjutnya novel ini bercerita tentang petualangan scout, jim dan dill untuk mengungkap siapa sebenarnya Boo Radley. Lucu, seru sekaligus menegangkan.
Konflik inti dari Novel ini adalah ketika Atticus Fincs, seorang pengacara, ayah dari scout dan jim. Memutuskan untuk membela Tom Robinson, seorang kulit hitam di pengadilan. Tom dituduh telah memperkosa seorang anak dari petani kulit putih. Atticus termasuk anak-anaknya, scout dan jim, di cemooh seisi kota karena membela seorang kulit hitam yang dimata mereka semua kulit hitam adalah bejat.
Semua orang tahu waktu itu bahwa apabila kulit hitam dan kulit putih berseteru di pengadilan, kulit hitam pasti kalah bagaimanapun faktanya. Mungkin mirip seperti Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya Bumi Manusia yang menceritakan pengadilan antara pribumi dan penjajah belanda. Kulit putih pasti menang.
Atticus tahu bahwa ia pasti kalah. Namun ia tetap membela Tom kulit hitam untuk mengajarkan anak-anaknya nilai-nilai kemanusiaan bahwa semua manusia sama. Bukan dibedakan atas dasar warna kulit. Apalagi dalam fakta persidangan sebenarnya Tom Robinson tidak terbukti memperkosa kulit putih. Persidangan yang sangat dramatis.
Tema yang berat untuk diceritakan oleh anak kecil 8 tahun. Tapi disitulah kelebihannya. Memotret masyarakat dari sudut pandang anak kecil. Buka novel yang happy ending memang tapi sebuah novel yang memotret kehidupan apa adanya. Bukankah kehidupan memang bagi sebagian orang, tidak selalu berakhir bahagia?
“Mereka, Mockingbird (sejenis burung murai), tidak memakan tanaman di kebun orang. Tidak bersarang di gudang jagung. Mereka tidak melakukan apapun kecuali bernyanyi dengan tulus untuk kita. Karena itulah, membunuhnya adalah dosa”
-Atticus Finch, pada anaknya, Jem.
Komentar