Langsung ke konten utama

Antara Prestasi dan Karya

gambar: rumametmet.com
 "Orang yang hidup untuk dirinya sendiri, akan hidup sebagai orang kecil dan mati sebagai orang kecil. tapi Orang yang hidup untuk orang lain, akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar !"
-Yang Syahid, Sayyid Qutbh-
Ada orang-orang yang berjibaku mengejar prestasi. Piala. Tropi. Sertifikat. Penghargaan. Mereka bersusah payah menuju IPK 4.00. Tidak salah, Memang. hanya saja....

Di saat yang sama ada orang-orang yang berpeluh keringat mewujudkan karya terbaiknya dalam diam. Tanpa hingar bingar keramaian. tanpa gemuruh tepuk tangan. Mereka bekerja berorientasi pada kontribusi untuk sekitar, bukan dirinya, bukan kebanggaan pribadinya. Seperti Kasim, Ingat? Mahasiswa Pertanian tahun 60-an yang selama 15 tahun rela membangun kehidupan di pulau seram Maluku sana. Tanpa sedikitpun berharap terimakasih, apalagi sekedar tropi atau sertifikat. Ia tinggalkan kehidupan kampus karena merasa terpanggil. Ya, Penduduk transmigran itu lebih membutuhkannya dari selembar kertas IP itu...


Ibarat Ranting dan buah, Itulah permisalan prestasi dan karya. ranting hanya akan menjulang, akan terus meninggi. Dan orang-orang sekitar akan berkata kagum, "Alangkah tingginya...!" tapi setelah itu, ranting hanya akan dijadikan kayu bakar yang jadi arang. Seperti itulah Prestasi, Ia akan membuat orang lain kagum, memang. Ya, Sebatas kagum. Sama seperti kita kagum pada orang yang mampu mencapai IPK 4,0, kita kagum. Ya, hanya sampai disitu. Tapi apakah kita merasakan manfaatnya langsung?!

Laiknya Buah, itulah karya. Karya adalah amal unggulan yang kita persiapkan untuk kita tunjukkan kepada Allah. Kepada Allah, bukan manusia!. Yang dengan karya ini -mudah-mudahan- kita diperkenankan memasuki Firdausnya. Karya adalah buah, yang memungkinkan orang lain menikmati manisnya. Jadi fokus kita disini bukanlah ego-ego kita, tapi orang lain. Medan karya kita adalah orang-orang yang papa, yang membutuhkan uluran tangan kita, keringat bahkan darah kita ini.

Saya tidak bermaksud untuk mendikotomikan hitam-putih antara karya dan prestasi. Jika bisa, raih keduanya. Namun jika energi kita terbatas, dan memang terbatas. Maka kita perlu prioritas. Prioritaskanlah karya atas prestasi. Prioritaskan orang lain atas diri.

Mari kita dengar lagi, Imam Syahid Hasan Al Banna dengan  Semangat berkaryanya:
"Betapa inginnya kami
agar umat ini mengetahui
bahwa mereka lebih kami cintai
daripada diri kami sendiri.
Kami berbangga,
ketika jiwa-jiwa kami gugur
sebagai penebus bagi kehormatan mereka,
jika memang tebusan itu yang diperlukan.
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan,
dan terwujudnya cita-cita mereka,
jika memang itu harga yang harus dibayar.
Tiada sesuatu
yang membuat kami bersikap seperti ini
selain rasa cinta
yang telah mengharu-biru hati kami,
menguasai perasaan kami,
memeras habis air mata kami,
dan mencabut rasa ingin tidur
dari pelupuk mata kami.
Betapa berat rasa di hati
ketika kami menyaksikan
bencana yang mencabik-cabik umat ini,
sementara kita hanya menyerah pada kehinaan
dan pasrah oleh keputusasaan.
Sungguh, kami berbuat untuk kemaslahatan manusia lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Kami adalah milik kalian, wahai saudara-saudaraku tercinta. Sesaatpun kami tidak akan pernah menjadi musuh kalian...."
Mari Berkarya!
 
 
Sepenuh Cinta,

Syubhan Triyatna Sadanur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m