Langsung ke konten utama

Pemuda Bagai Ali


 "Jangan Pernah mengharapkan Fathimah Az Zahra, Jika engkau belum seperti Sayyidina Ali.."

Inilah kisah cinta yang penuh romansa. Tentang 2 insan yang sama-sama menahan degup jantungnya kala muda. Menutup keran hatinya sebelum sah cinta dalam tali pernikahan. Tentang Ali dan Fathimah. Mereka berdua tidak pernah mengucap cinta. Hanya memendamnya kian lama karena malu dan iman. Allah tahu itu. Maka tatkala Umar Ibn Khatab melamar Fathimah, Ayahnya, Rasullallah SAW menolak pinangan itu. Juga ketika Abu Bakar Ash Shidiq meminta bunga yang baru mekar itu, Rasul pun juga tak memberinya. Entah apa alasannya. Yang pasti ada kisah cinta yang dipersiapkanNya.


Pemuda Ali ragu-ragu. Pemuda ini baru berusia 20 tahun kala itu. Dia Seorang yang miskin dan berasal dari keluarga yang miskin. Jika Umar yang berwibawa penuh kontribusi bagi Islam saja masih tertolak melamar Fathimah. Jika Ash Shidiq yang imannya tak diragukan lagi, yang pengorbanannya tak dinyana lagi saja tidak diterima. Lalu, sebenarnya seperti apa lelaki yang diinginkan Rasul untuk Fathimah?, Pikir Ali. Ali sadar, ia tidak bisa dibandingkan dengan Abu Bakar atau Umar. Umar dan Abu Bakar seorang saudagar kaya, sedangkan dia tak punya apa-apa selain sekerat gandum untuknya makan di hari itu.

Tapi cinta Ali pada bunga itu terlalu dalam. Maka Ali harus bertanggung jawab atas perasaanya itu. Maka pemuda ini "nekad" maju menemui Ayahnya Fathimah: Rasullallah SAW. untuk meminang Fathimah. Ali tahu, kemungkinan besar ia akan ditolak. Jikapun diterima Ia tak tahu bagaimana caranya menghidupi Fathimah dengan keadaannya yang miskin papa. Tapi Ali adalah pemuda. bukan. sebenar-benar pemuda! Lebih baik ditolak dari pada tidak melangkah sama sekali. Agar ia tahu, agar ia mengerti dan agar semuanya jelas. Karena Ali tahu, seorang pemuda mesti berani menanggung resiko atas pilihannya. Apapun itu.

Lalu apa Jawaban Rasullallah?.."Ahlan Wa Sahlan ya Ali.." ya. Pinangan Ali diterima. Maka hadirlah satu lagi kisah cinta yang membunga menyerbak. Antara Sayyidina Ali dan bunga itu: Fathimah Az Zahra. Subhanallah....

Setidaknya satu hal yang bisa kita pelajari, Bahwa tak ada kata menunggu, menanti, atau menunda dalam cinta. Yang ada adalah mengambil kesempatan atau merelakan. Yang pertama tadi adalah tentang keberanian. Yang kedua tentang pengorbanan. . . . 


ket:
gambar dari  nopindra.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .