Langsung ke konten utama

Yang Kita Mau dan Tidak Mau

Ada satu pelajaran berharga di hari ini. Pagi tadi, pukul 7 di Ruang kuliah. Tiba-tiba dosen masuk. Salam. lalu langsung bertanya pada saya yang kebetulan duduk paling depan.

"Kamu, yang pakai baju kotak-kotak, siapa namamu?"


"Subhan, Bu"(sambil gugup karena kaget)

"Apa yang sebenarnya kau mau?"

"hmmm..."(mikir, agak lama memang)

"Lalu apa yang tidak kamu mau?", tanya beliau tanpa sempat saya jawab pertanyaan sebelumnya.

"banyak bu, saya tidak mau IPK kecil, saya tidak mau ketinggalan kereta, saya tidak mau kena macet dst dst dst...", Jawab saya lancar

"Itulah, kebanyakan kita hanya tahu banyak tentang hal-hal yang kita tidak mau, dan tidak tahu hal yang sebenarnya kita mau.. Umur saya sudah 52 tahun, tapi saya hanya mengikuti arus selama ini, saya benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya saya mau, kalian masih muda, segeralah putuskan apa yang sebenarnya kalian mau, jangan fikirkan apa-apa yang kalian tidak mau" (berkaca-kaca..)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .