gambar; alakadarnya.net |
Laiknya Muhammad dan Aisyah-nya, atau Sayyidina Ali dan Fathimah-nya, atau Bilal dan Adzannya, atau Al-Banna dan dakwahnya, atau Khalid dan Pedangnya, atau Ibrahim dan Ismail-ya, atau bunda dan anak-anaknya. Semuanya mengajarkan sebuah kaidah yang darinyalah kita belajar mengeja kata itu: cinta.
Kaidah pertama tentang cinta
adalah perhatian. Seseorang yang mencintai sesuatu mesti melakukan ini,
memperhatikan yang dicintainya hingga ke detilnya. Hingga penuh. seperti Khalid yang begitu mencintai pertempuran, hingga setiap kali ia lewati celah tebing dan curam jurang yang terpikir olehnya adalah bagaimana mengolah strategi perang di tempat itu. detil. atau Seperti para
masyaikh dakwah ini yang begitu mencintai dakwah, mereka memberi perhatian
kepada dakwah melebihi perhatiannya kepada diri mereka sendiri atau keluarganya
atau anaknya. Sampai-sampai mimpi merekapun adalah dakwah. Tulang sumsum mereka
isinya pun dakwah, begitu kata ustadz Rahmat Abdullah.
Atau seperti suami yang begitu
mencintai isterinya. Maka pemberian pertama seorang suami adalah perhatian.
Mungkin si isteri tidak merasakan perhatiannya. Tapi perhatian itu akan
membuatnya ketergantungan. Dan ketika si suami tidak lagi memberikan perhatian,
maka si isteri akan mengalami kehilangan yang dalam. Begitulah perhatian,
bekerja dalam sunyi, namun memiliki efek yang dahsyat.
Kaidah selanjutnya adalah
perawatan. Setiap pecinta harus bisa merawat apa-apa yang dicintainya, dengan
sepenuh hati tentu. Atau dengan kata lain: melindungi. Seperti para pecinta
lingkungan itu, mereka bekerja dengan amat keras untuk merawat dan melindungi
sesuatu yang dicintainya: alam yang terbentang dihadapnya. Ajaibnya, mereka
tidak mengharap tunjangan komersial atas kerjanya itu. Karena mereka hanya
digerakkan oleh satu kata: cinta.
Pun jika kita lihat banyak kasus
perceraian di negeri ini. Salah satu sebabnya adalah pasangan tak mampu merawat
atau melindungi pasangannya. Dengan demikian, yang terjadi hanya kerusakan
tanpa manfaat sama sekali. Maka jika tak ada perawatan dan perlindungan, tidak ada lagi alasan untuk
lanjutkan hubungan.
Penumbuhan. Inilah kaidah ke tiga
dan yang paling penting. Lihat bagaimana Aisyah yang dulunya sangat kekanak-kanakan,
bawel, ngeyel, manja, setelah membersamai Nabi Umat ini, Muhammad SAW. Berubah
menjadi sosok yang sama sekali berbeda: wanita yang terbanyak meriwayatkan
hadist, ibunya umat ini. Begitulah cinta harusnya menumbuhkan. Dari yang
penakut menjadi pemberani. Yang labil menjadi mandiri. Yang angkuh menjadi
rendah hati. Yang kikir menjadi dermawan. Maka jika ada orang yang menyebut
kata cinta tapi tak ada sama sekali yang berubah, itu bukan cinta. Itu hanya
nafsu yang diberi kosmetik dunia.
Seperti kita yang membersamai
sahabat-sahabat kita. Tidak ada kata lain selain saling menumbuhkan. Jika tidak
ada, maka bohonglah orang yang selalu mengatakan,”ana uhibbuka fillah, akhi”.
Maka bohonglah arti persahabatan kita. Maka ketika kita memutuskan untuk
bersahabat, tidak ada pilihan lain selain menumbuhkan sahabat kita menjadi
lebih baik.
Begitulah cinta dengan kaidahnya:
Perhatian yang dalam, perawatan yang berkesinambungan, dan penumbuhan yang berkelanjutan.
Komentar