gambar: wahyualkautsar.blogspot.com |
Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
{QS. Al Ashr: 1-3}
Surat itu saya baca sering sekali
saat waktu pulang belajar di madrasah bertahun lalu. Kala itu saya tidak begitu
ngeh dengan lafadz apalagi makna yang
terkandung dalamnya. Yang saya tahu hanya bahwa surat itu berbicara tentang
waktu yang berarti waktunya pulang dari madrasah. Lalu membaca surat itu
menjadi kebiasaan begitu saja tanpa mampu mendalami lautan maknanya.
Baru setelah 10 tahun berselang.
Saya baru sadar akan makna yang begitu tajam dan dalam dari surat cinta itu.
Surat Al Ashr. Surat ini seperti surat langit yang menghendaki setiap muslim
menjadi. Ya, sebenarnya kita tidak perlu pusing-pusing mencari misi,konsep
diri, jati diri atau apapun namannya, karena itu semua telah disediakan panduan
dan standar nya oleh Allah yang maha Agung. Dan, panduannya ada pada surat
tadi, agar kita tidak bingung kesana-kemari di lintasan dunia ini. Karena
harusnya, bukan lah kita bertanya apa ingin saya, tapi bertanya apa yang
diinginkan Islam terhadap saya. Karena misi hidup itu adalah given. Diberikan. Ditunjukkan. Dari
langit untuk kita bumikan di dunia. Bukan menurut kehendak kita tentu, tapi
menurut kehendak Islam.
Dan surat Al Ashr mengandung misi
hidup yang mesti kita terima dengan suka-cita.
Demi Masa
Disini Allah bersumpah dengan
waktu. Serupa ketika bersumpah dengan waktu dhuha, waktu malam, waktu fajar dan
sebagainya. Jika Allah sudah bersumpah dengan sesuatu, kata para mufassir, maka
sesuatu itu adalah maha penting dalam kehidupan kita. Maka waktu adalah bentang
masa kerja kita di dunia yang akan kita pertanggungjawabkan di negeri akhirat.
Yang jadi misteri adalah seberapa panjang atau pendek bentang waktu itu. Itu PR
kita: bagaimana memaksimalkan kerja dalam ketidak pastian waktu.
Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian.
Ini general statement bahwa setiap kita pasti merugi. Pasti. Itu
niscaya. Seluruh manusia, di barat maupun di timur. Yang ber-uang atau pun yang
papa. Yang menjabat ataupun yang ditindas. Yang Kekar atau pun yang terbaring
lemas. Yang berjejer titel ataupun yang tak sekolah. Semuanya merugi.
Seluruhnya.
kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Kecuali. Kecuali mereka.
Mudah-mudahan juga kita. Dan inilah misi hidup yang harus kita ambil. Bukan
untuk Tuhan, malaikat. Tapi untuk diri kita agar tidak merugi. Agar tidak
menumpuk sesal di hari akhir. Inilah –satu lagi- bukti cintanya Allah pada
kita, Allah sungguh-sungguh tak menginginkan kita merugi. Maka dari itu Allah
turunkan surat ini khusus untuk kita.
Model misi yang utama harus kita
ambil dari surat itu adalah beriman. Karena “tanpa iman”, Kata Sayyid Qutbh, “Sesungguhnya
manusia itu amat hina dan rendah. Hina ambisinya dan rendah pusat perhatiannya.
Sekalipun berbagai ambisinya tampak besar, obsesinya tampak sangat kuat, dan
tujuan-tujuannya tampak sangat tinggi. Namun ia tetap saja terpuruk di lumpur
bumi. Terikat dengan batas-batas umur. Dan terbelenggu dengan penjara diri,
yang tidak bisa dilepaskan dan tidak bisa bebaskan kecuali oleh kontak dengan
alam yang lebih besar dari bumi. Lebih jauh dari kehidupan dunia. Lebih besar
dari diri. Alam yang bersumber dari Allah yang maha Azali, kembali kepada Allah
yang maha abadi, dan tersambungkan didalamnya dunia dengan akhirat untuk
selamanya...”
Misi yang kedua adalah beramal.
Jika iman itu jujur. Jika memang iman itu ada. Maka laiknya bunga yang tak akan
bisa menahan aroma wanginya menyeruak. Iman pun akan segera menjadi amal. Akan
menjadi perbuatan. Karena si empunya iman sudah tak mampu lagi menahan getaran
akibat iman yang mendesak-desak. Seperti Hasan Al Banna yang tak bisa berdiam
diri dalam kedzaliman penguasa karena memang iman didalam dirinya memaksanya
bergerak. Dan sebaliknya, jika tak ada harum tercium dari bunga, bisa
dipastikan bunga itu tak ada.
Misi yang ketiga adalah dakwah:
nasihat menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Ya, Allah tak akan membiarkan
hambanya hanya shalih sendiri. Hanya beriman dan beramal sendiri. Karena syurga
itu amat luas, jauh lebih luas dari andromeda raya. Karena syurga pun tak bisa
dicapai dengan usaha kita sendiri yang terbatas. Maka dari itu setelah beriman
dan beramal shalih, kita harus menyebarkan harum wangi kebaikan ini bila perlu
ke seluruh dunia. Inilah misi kita: dakwah. Inilah jalan yang mesti diambil
setiap muslim. Jati diri yang harus ada padanya. Dan mimpi-mimpi yang selalu
menghantuinya.
Surat cinta itu, memberi gambaran
yang jelas bagaimana seharusnya kita menjadi. Maka janganlah ada lagi yang
kebingungan mencari misi dan jati diri. Karena sebenarnya jati diri itu sudah
ada sejak lama disamping kita: Al Ashr ayat satu sampai tiga. Wallahu‘alam...
11 Juni 2012
Pendaki Langit
Komentar