Langsung ke konten utama

Merindu Seseorang

Pernahkah kau merindukan seseorang? yang bahkan kau sendiri belum pernah berjumpa dengannya? Hanya sering mendengar disebut namanya?

Aku pernah. . .

Pernahkah kau mencintai seseorang? yang bahkan kau sendiri belum sempat bertatap muka? Hanya kisahnya yang pernah kau baca?

Aku Pernah. . .

Padamu . . .
Yang selalu kusebut dalam tahhiyyat di ujung sholatku, meski kadang hati ini lalai. . .

Mungkin, atau bisa dikatakan pasti, rinduku padamu tidak sedalam rindu Ash Siddiq saat di ujung nafasnya, di pembaringannya, di depan sahabat-sahabatnya yang penuh khawatir padanya, sempat mengatakan dengan mata berurai air mata, "Umar, Aku merindukan Rasullullah...."

Mungkin cintaku tidak sebesar cinta Thalhah saat dengan tersenyum menjadikan tubuhnya sebagai tameng hidup, membiarkan raaganya di tusuk tombak, di tebas pedang, dihujam panah di bukit uhud demi untuk melindungimu. . .

Tapi izinkanlah aku merindukanmu saat tidak adalagi yang tersisa selain rindu yang mengharu biru. . .

Izinkanlah aku merindukanmu seperti malam yang merindukan fajar, seperti gersang yang merindukan hujan. . .

dan izinkanlah suatu hari nanti setelah perjalanan panjang yang begitu melelahkan, aku berlari padamu dengan segenap rindu yang lama tertahan, untuk kemudian menangis tersedu di pelukmu, terisak panjang. . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .