Langsung ke konten utama

Selalu Saja Kalah

sumber ilustrasi:akank-sutha.blogspot.com
Kalah. Lagi-lagi kalah. bukan karena kau kuat lalu kau pasti menang. Tapi, selalu ada musuh yang untuk menaklukannya perlu sunyi yang panjang. Yang untuk menundukannya mungkin kau akan menelan pil paling pahit. musuhmu yang selalu ada bersama nafas dan langkahmu. Banyak orang berhasil menaklukan sebuah imperium, tapi sedikit untuk yang satu ini: DIRI SENDIRI !
 Dan kau selalu kalah. Selalu saja. Suatu ketika, ingin kaulawan dirimu dengan segenap kemampuan. Tapi semangat itu pun padam juga. Seperti bara yang padam oleh air. Malah dirimu lah yang telah dikuasai nafsu bak ombak yang bergulung, kau tak akan mampu menahan terpaannya. mngkin ingin rasanya kau cambuk dirimu sendiri. tapi, selalu saja kau yang terlalu lemah. Terlalu sering kau berhadapan dengan dirimu sendiri, tapi selalu saja kau lunglai. Selalu saja kau kalah.

begitupun denganku. Kehilangan akal. Aku selalu kehilangan akal untuk menundukkan diriku sendiri. Karena ia hadir terlalu manis, tapi kepada pahit lah ia berakhir. Ia hadir terlalu indah awalnya, tapi suramlah yang akan ku dapat. Begitulah seterusnya, Ia terlihat bak taman bunga, tapi setelah aku dekati, ku lihat duri disetiap tangkainya.
Begitulah kejahatan diri sendiri(baca:nafsu). Kau ataupun aku tak akan mempu melawannya sendiri. 
Ya, dan sepertinya kisah ini akan mengajarkan suatu kaidah untuk kita. Suatu hari seorang murid mengeluhkan bahwa ia selalu kalah oleh diri sendiri,  
"aku selalu saja tak mampu menahan hawa nafsuku, bagaimana cara untuk mengalahkannya,guru?"kata sang murid. 
Tanpa banyak kata, sang guru mengajak muridnya untuk berkunjung ke rumah seorang dermawan. Singkat cerita, sampailah mereka didepan gerbang rumah seorang dermawan. Tapi, didepannya ada 2 anjing penjaga yang buas, dan menyalak-nyalak. Mereka mencoba mengusirnya, tapi sia-sia.
lalu si murid berkata,"mengapa tidak kita panggil saja pemilik anjing ini guru, agar kita bisa masuk rumah ini?".
"Cocok,dan seperti itulah seharusnya",kata Sang guru "kita harus memanggil pemilik anjing ini, meminta bantuannya mengusir anjing ini agar kita bisa menikmati kedermawanan orang itu".
"begitu juga dengan nafsumu, muridku",lanjut sang guru"Nafsumu ibarat anjing-anjing itu, kau tak akan mampu menghadapinya kecuali kau panggil pemiliknya: Allah SWT. Dan kau setelahnya kan menikmati kedermawanan Tuhanmu".
 Kita kalah bukan karena kita lemah, tapi karena kita sendiri. Padahal dia adalah musuh kita:diri sendiri (baca:nafsu), Seperti kata Rasullallah SAW,“Waspadalah terhadap hawa nafsu kalian sebagaimana kamu sekalian waspada terhadap musuh kalian....”
Satu solusinya, mintalah tolong kepada pemilik musuhmu. kepada Dia yang menggenggam kau dan musuhmu. Dan kau pasti menang.

Pagi, 6 Januari 2012
Pendaki Langit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m