Langsung ke konten utama

Egaliter


ilustrasi: nidyosasongko.blogspot.com
Janganlah kau berjalan di belakangku
Mungkin aku tak mampu memimpin
jangan pula kau berjalan di depanku
mungkin aku tak sanggup mengikuti
tapi, berjalanlah seiring denganku
Dan mari bersama tapaki jalan itu
...

Ini tentang suasana egaliter yang ingin dibangun disini. Adalah kita bisa saling nasihat-menasihati sepanjang jalan ini. Adalah kritik yang mengalir tanpa ada ragu kalau-kalau si obyek kritik tersinggung sakit hati. adalah kau, aku, dia dan kita. Bisa saling berbagi kritik seperti berbagi obat untuk si sakit. meski pahit, memang. Tapi akan lebih pahit lagi jika borok di punggungmu kau ketahui setelah lebar berbau. Padahal kawanmu melihatnya setiap hari tapi enggan memberitahumu karena takut kau malu atau marah. Maka, Nasihat dan kritik adalah bukan pilih-mu tapi wajibmu. untuk ku, untuknya, dan untuk kita.


Singkatnya, saya ingin agar kritik dan nasihat mengalir ke diri ini tanpa tersendat. Saya sadari, diri ini memang punya kurang disana-sini. Kau pun tahu, kan? maka, saya akan sangat marah bahkan miris jika ada hal yang rusak di diri saya tapi tidak ada yang sedia tuk menyampaikannya dalam nasihat, pun kritik.

Saya kini hidup di tengah khalayak yang berbaik sangka. Sering saya diperlakukan atau dianggap sama dengan akh Dadan Hak atau akh Roy Umar. Meski kami berasal sama dari pesantren sama. Tapi mereka disitu belajar, dan saya hanya bekerja. Mereka telah sampai pada hafidz, sedangkan saya? ah..membacanya pun penuh salah keliru.... Intinya, saya tidak terlalu suka diistimewakan. Perlakukanlah saya sebagai Subhan. yang Fakir. Yang Musafir.

Kedepannya, mungkin saya akan agak "bawel" denganmu. tapi, ini -lagi-lagi- tentang kebolehjadian. Boleh jadi pahit terdengar memerah telinga. Degan sebal barangkali. Tapi saya akan coba sejernih yang saya mampu tuk jadi cermin bagimu. Salah memang, jika terlalu banyak menasihati tapi diri tak beranjak baik. Salah juga jika tak menasihati karena merasa diri tak pantas. Mari kita nasihat-nasihati, saling mengkritik sambil dalam perjalanan perbaiki diri. Yang terakhir ini agak bijak barangkali.Saya tunggu nasihat, pun kritik. Utamanya darimu. Karena tugas kita -salah satunya- adalah saling menjadi cermin.

Wallahu'alam Bishawab.

Petang, 8 maret 2012
Pendaki Langit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m