Langsung ke konten utama

Karena Ia Mencintaimu

Pernahkah kau merasa kehilangan arah angin? Kemudimu lepas? Tidak tahu lagi mesti apa yang dilakukan? Hanya terombang-ambing gelombang? Awak kapalmu sudah sejak lama putus arang? badai tak hentinya melanda? Menggunung ombak tak hentinya menerpa? Dan hanya tinggal sendiri di tengah luas samudera? Bingung.

Aku sering

Pernahkah kau merasa gundah yang gulana? Yang bahkan kau tak tahu apa alasannya? Sesak yang meyesak dada yang kau sendiri tak tahu apa penyebabnya?  Ingin menangis serasa seketika itu juga? Namun, lagi-lagi, bingung kepada pundak siapa  tangis  itu mesti ditumpahkan?

Aku pernah. Berkali-kali

Pernahkah kau merasa selama ini kau hanya kumpulkan debu? Yang hanya karena angin sepoi, menerbangkan semua itu?  Atau hanya menjaring angin? Sampai kau berpeluh tapi hanya lelah yang kau dapat? Lalu, kau lemas sendiri? Sia-sia.

Itu juga. tak jarang kurasa

Pernahkah kau bermimpi jadi bintang di mayapada? Berkerlip di angkasa? Menjadi yang paling bercahaya disana?

Sepertimu. Dulu, akupun begitu

Lalu ditengah pendakian menuju mimpimu itu kau terseok? Terjungkal? Terjerembab? Hingga, kau hanya ingin duduk? Berhenti? Tak lagi yakin seperti dulu? Sorot  matamu mulai bekurang akibat kabut yang tak henti butakan arahmu? Peluhmu mungkin telah habis? Dan kau tak tahu seberapa lama lagi kau mesti mendaki padahal rangsum bekal mulai kosong? Saat itu kau mulai ragu?

Ini yang terjadi padaku. Akhir-akhir ini

Namun. Mungkin. Atau boleh dikata pasti. Gundah, ragu, hampa, bingung adalah rasa yang Tuhan sengaja turunkan sesekali di hatimu. Karena Ia begitu merindumu. Karena kau, atau tepatnya aku, hanya berdoa merengek begitu khusyuk saat badai di depan mata, dan saat dikembalikan ke darat, kau lupa kembali. Karena Ia begitu rindu kau mendekat padanya. Rindu sujud-sujudmu yang dalam di waktu malam. Rindu kau kembali ke jalan cahaya. Karena Ia terlalu sayang padamu jika kau lalai. Jika kau mesti terjerumus lagi dalam gelap. Karena Ia hanya menginginkan kebaikan untukmu. Karena Ia, mencintaimu. . . . .

 di dini hari, 10 Muharram 1434 H. 

dalam gundah yang tak menentu, dalam kalut, dalam gersang. 
"Jangan tinggalkan aku, Ya Rabb..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Industrialisasi Tarbiyah

Awalnya saya hampir frustasi melihat kondisi proses tarbawi di kampus dewasa ini. Halaqoh yang mulai kering. Agenda mabit, tastqif, dauroh yang mulai sepi peserta. Saya punya keyakinan bahwa ini bukan karena ketidakpedulian kader pada agenda tarbawi. Tetapi karena kader tidak mampu untuk mengelola tekanan dari kampus khususnya. Tekanan atmosfer akademik beberapa tahun terakhir semakin tinggi. Sehingga waktu untuk agenda pendukung t arbawi kehilangan alokasinya yang cukup. Efektivitas-Efisiensi Apa yang menyebabkan daging ikan patin dari sungai Mekong Vietnam lebih murah dari Patin Jambal Indonesia? Jawabannya adalah karena Efektivitas-Efisiensi industri patin di vietnam lebih tinggi. Semua rantai produksi dipadatkan di sungai mekong. Dari pabrik pakan, keramba budidaya, sampai pabrik olahan patin semua di satu lokasi tepi sungai mekong. Sehingga biaya produksi bisa ditekan dan produktifitas naik. Hal ini juga yang bisa menjawab kenapa industri rumahan kalah bersaing dengan

Buat Ananda

Dakilah gunung tinggi manapun yang ananda damba: Mahameru, Kalimanjaro, atau Himalaya. Sampai suatu saat, ananda kan temukan puncak tertinggi itu justru saat kening ananda menyentuh tanah tempat kaki ananda berpijak, meski itu tempat paling rendah di muka bumi...

Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)

ilustrasi:kamifa.gamais.itb.ac.id Ust. Dedi Mulyono, tadi malam sampai berapi-api di Ruang Abu Bakar menyampaikan tentang Ruhiyah. Mari saya ceritakan. Tema mabit tadi malam adalah "Satu Malam Lebih Dekat (Dengan Al-Qur'an)". Diawali dengan tilawah keroyokan hingga pukul 9.00. Awalnya Ust. Dedi memulai kalem, lalu kami dikagetkan dengan pancaran energinya yang ia Obral ke setiap ya ng hadir. Ia awali dengan surah Al Hasyr ayat 19,"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. sehingga Allah membuat mereka lupa terhadap diri sendiri. Merekalah Orang-orang fasik." Inilah urgensi Ruhiah. Jika kita lupa kepada Allah dengan meninggalkan amalan-amalan ruhiyah, hakikatnya kita lupa pada diri sendiri. Melupakan Allah adalah melupakan diri, begitu singkatnya. Karena syaitan selalu ada dalam hati setiap insan, jika ada yang ingat Allah maka si syaitan sembunyi ketakutan. sepertinya pikiran kita tak pernah kosong, jika kita tidak ingat Allah, m