Ada hikmah yang tersembunyi di setiap hal yang kita lalui
dalam hari-hari kita. Dalam hal-hal yang kadang kita anggap sepele. Bukan
karena itu tidak penting, hanya karena itu telah menjadi rutinitas sehari-hari kita yang kemudian kita
kehilangan pemaknaan terhadapnya. Pun dalam hal yang satu ini: makan. Kita
lapar, mencari makan atau memasak, makan, lalu kenyang. Tamat. Sudah seperti
itu hari-hari kita lalui. Tamat. Selesai. Padahal ada hikmah. Ada sesuatu yang
berharga dalam aktivitas itu diluar fungsinya yang memang sebagai bahan energi
kita dalam beraktivitas.
Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan. Sebelumnya makan
memiliki beberapa tahap yaitu lapar, saat proses makan, dan kenyang. Sekarang, menurutmu, mana
tahapan makan yang paling nikmat? Apakah saat lapar, saat makan, atau ketika
kenyang? Ya! Benar sekali. Saat makan! Kenapa? Karena saat lapar adalah saat
yang menyiksa. Perut melilit. Badan lemas. Ini berat. Lalu ketika telah kenyang
kitapun tak merasi nikmat kala makan tadi. Sudah kenyang, ya sudah. Ngantuklah
akhirnya. Jadi, tahap yang ternikmat adalah saat kita menikmati suap demi suap,
kunyah demi kunyah makan itu. Bukan saat lambung kosong, apalagi saat ia telah
penuh menumpuk.
Maka mengertilah kita bahwa proses makan mengajari kita satu
kaidah kehidupan. Seperti makan, begitulah proses menggapai cita-cita, visi,
harapan atau tujuan kita. Seperti makan, tahapan dalam menggapai cita pun sama:
lapar, proses, lalu kenyang. Lapar akan cita sama artinya saat kita begitu
menghasratkan dan menginginkan cita-cita itu. Lalu proses, kita berjibaku
mengikuti sunatullah :berpeluh, berkerja keras, berkeringat, bahkan ada yang
berdarah-darah mengusahakan citanya. Kemudian akhirnya kita kenyang akan
cita-cita kita atau dengan kata lain kita telah sampai finish, kita telah
berhasil meraihnya. Lalu setelah itu? Ngantuk!
Lalu manakah dari tahapan menggapai cita itu yang paling
nikmat? Ya, saat proses. Saat energi kita habis untuk langkahkan kaki menuju
tujuan dan cita. Bukan saat kita begitu ingin atasnya, atau telah meraihnya. Makan
dan Cita adalah sama: tahapan ternikmatnya adalah saat prosesnya. Maka marilah
bahagia saat kita berproses lama-lama. Karena disitulah poin ternikmatnya. Disitulah
saat-saat terindahnya: saat kita menelusuri pendakian cita-cita itu, saat kita jatuh lalu bangkit lagi, saat kita terjungkal lalu mendaki lagi.
Komentar