Takbir
Adalah angin yang gerakkan amuk ombak. Mengarus menerjang karang. Atau bahkan
berubah bak tsunami, menghantam semua kedzaliman di hadapnya. Menggerus semua
keangkuhan. Maka jika ia telah menggelombang, jangan pernah kau coba-coba halangi
jalannya. Biarkan ia lewat. Karena Ia akan jadi kekuatan angkara murka yang
akan lumat seluruh kemungkaran.
Takbir
Adalah gema yang merayap secepat kilat sampai ke langit.
Menggetarkan kolom-kolom udara. Bergetar sampai ke sumsum tulangmu. Sampai ke rantai
ganda DNA mu. Yang runtuhkan keberanian musuh-musuhmu hingga ia jadi puing-puing.
Atau getar yang beresonansi dengungkan
kebajikan. Kadang ia bergetar bagai gempa: Runtuhkan semua yang ada diatasnya.
Kadang ia terdengar halus sayup-sayup, merdu semerdu lantunan adzan kala fajar.
Takbir
Adalah reaktor nuklir yang memecah inti atom uranium di
jiwamu. Mengakibatkan reaksi berantai yang tak putus-putus. Lalu tiba-tiba
terjadi ledakkan besar keberanian,
ledakkan tekad, ledakkan kehormatan! Dan semua jadi bertekuk lutuk dihadapmu.
Mungkin para belia di Al Aqsha sana, yang hanya punya batu
untuk dilemparkan pada musuhnya . Yang pergi di pagi hari, dan tak pernah pulang lagi hingga
malam hari Lebih mengerti tentang makna takbir dibanding kita. Maka pekik takbir berubah bagai
nyanyian yang mengantar mereka ke gerbang para syuhada. Desing peluru berubah bagai
butir tasbih di mata mereka. Tapi di dalam kedalaman hati mereka, tersimpan
kerinduan yang dalam pada Umar bin Khatab, atau Khalid bin Walid yang pernah
berteriak pada Kaum Yahudi yang berlindung di balik benteng Khinashirin kala
itu: “ Kalaupun kalian bersembunyi diatas langit, Maka kuda-kuda kami akan
memanjat langit untuk membunuh kalian. Jikapun kalian bersembunyi di dasar
bumi, maka pasukan perang kami akan menyelami bumi untuk memutus leher kalian!”.
Itu sudah lebih dari cukup untuk lelehkan keberanian Yahudi. Akankah kita mendengarnya
lagi hari ini?
ALLAHU AKBAR!!!!
Komentar