Langsung ke konten utama

Apalah Arti sebuah Toga

5 kali setahun. Selalu di hari rabu. Sebakda dzuhur aku selalu senang berjalan diantara penjual bunga. Aku juga tak penuh mengerti mengapa dihari ini tetiba banyak yang saling memberi bunga. Dan wajah-wajah itu selalu lebih merekah dari bunga-bunga yang dijajakan.
Aku berkeliling mengitari gedung itu. Memperhatikan setiap raut orang tua yang penuh bangga akan anaknya yang kini telah bertoga. Kuamati satu-satu. Sambil sesekali melempar senyum dan selamat pada beberapa rekan lalu berfoto. Tapi aku tidak terlalu suka berfoto, bagiku kamera yang terbaik adalah mata, dan memori terbaik adalah hati.
Aku tahu senyumnya tak selepas biasanya. Bunga-bunga yang digenggamnya hanyalah untuk menutupi kegundahan dibalik baju wisudanya. Kebingungan mulai menyergap. Toga adalah pintu air antara kolam dan samudera. Ia mulai ketakutan akan dunia sedetik setelah ia lepas toganya.
Setelah setidaknya 16 tahun ia tekun belajar di bawah atap sekolah. Sekarang ia mulai bimbang kemana ia harus melangkah. Meneruskan sekolah meski dengan rasa muak dengan ruang kelas. Atau merangsek ke dunia kerja yang ia tak tahu sekejam apa.
Seketika ia kenakan toga beserta jubah hitam menjuntai itu. diantara lembaran bunga dan foto bahagia serta ucapan selamat yang kadang dibuat-buat. Aku ingin sekali bertanya padanya:
Apa sebenarnya arti toga yang kau kenakan itu, kawan?
Suatu saat aku juga ingin mengenakannya...
. . . . . . . .
1103 tahun yang lalu. Didaratan yang kita kenal kini dengan nama Spanyol. Khalifah Andalusia Abdurahman An Nashir membangun Universitas Qurtubah atau Qordoba. Disitulah pertama kali dikenalkan sebuah topi segi empat bertali bernama toga.
Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya, Api Sejarah, menjelaskan mengapa di Indonesia toga itu segi lima. Sebab sejarah di negeri ini ditulis dengan semangat islamphobia.
Topi segi empat itu, beliau melanjutkan, adalah perlambangan dari bangunan ka'bah. Dan Jubah hitam yang dikenakan melambangkan kain penutup ka'bah.
Jelas sekali pesan yang ingin disampaikan lewat toga itu: Bahwa seorang sarjana adalah ia yang meletakkan islam diatas kepalanya. diatas semua logika dunia dan egoisme pribadinya. Dan seorang sarjana adalah ia yang semestinya dekat dengan Tuhannya sedekat jubah hitam yang ia pakai.
Topi segi empat itu juga mengingatkan tanggung jawab seorang sarjana untuk mengembalikan kedamaian dunia ini yang mulai luluh lantak oleh kepemimpinan arogan paman sam kepada keteduhan Islam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Orang-Orang Romantis

ilustrasi:fiksi.kompasiana.com Aku selalu kagum pada mereka: orang-orang romantis. Mereka selalu bekerja dengan sepenuh cinta. Dengan segenap kesadaran. Boleh jadi mereka berpeluh, tapi pantang mengeluh. Memang mereka lelah, tapi tak kenal patah. Dan sesekali mereka berhenti, untuk sekedar menyeka keringat. Untuk sekedar menutup luka. lalu dengan nanar mereka menengadah menatap langit. seketika itu mereka teringat akan tujuan mereka, Cita-cita dan mimpi-mimpi mereka. saat itulah kerinduan mereka mendayu-dayu. menyala-nyala. Tapi mereka tidak terbuai, setelah itu mereka segera menggulung kembali lengan bajunya untuk meneruskan langkah yang sempat tertunda..... Senja, 17 Januari 2012     Pendaki Langit

Surat Untukmu, Bidadariku...

Dari Syubhan Triyatna, dengan sepenuh rindu, untukmu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam takdirNya.... Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Jangan kau tanya kenapa aku tulis surat ini yang bahkan aku sendiri bingung kemana harus mengalamatkannya. Surat ini kutujukan untukmu, yang aku sendiri belum tahu namamu, Tapi Ia tahu. Aku tak tahu apakah kau juga gelisah sama sepertiku, mengarungi detik demi detik masa muda itu ternyata tak semudah melewati jalan tol. Ia lebih mirip seperti mengarungi samudera. Gelombang maksiat menghantam dari segala sisi, kapalku pun sering oleng. Kemudian aku hanya ingin mencari dermaga, aku hanya ingin berlabuh. Lepas dari gelombang maksiat yang siap karamkan kapalku. Aku hanya ingin berlabuh sebelum aku tenggelam, dan dermaga itu adalah kamu, bidadariku....

Cara Kita Membaca BBM

"Semoga saja kemampuan kita membaca realita adalah tidak lebih rendah dari kemampuan kita membaca berita atau buku cerita..." Semenjak mendengar kabar tadi malam tentang harga BBM yang jadi naik. Seperti yang diberitakan Republika (17/6), Paripurna DPR sahkan RUU APBN Perubahan Lewat Voting. Artinya BBM sudah dipastikan naik. Saya jadi tak berselera lagi -yang memang sebelumnya juga sudah tidak ada- untuk membaca slide-slide dan diktat kuliah itu. Padahal pekan ini adalah pekan ujian, yang katanya berpengaruh hidup-mati bagi mahasiswa. Diktat-diktat itu berisi teori-teori yang tidak terlalu jelas kemana muaranya. Tidak terlalu jelas bagaimana penerapannya. Hanya sebagai syarat mendapat huruf-huruf mutu itu yang katanya akan berguna saat kita mencari kerja. Ia aja deh .